:
Oleh MC KAB SANGGAU, Senin, 14 Maret 2022 | 17:43 WIB - Redaktur: Kusnadi - 236
Pontianak, InfoPublik - Bupati Sanggau, Paolus Hadi, S.IP, M.Si hadiri kegiatan Sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN PASTI) Tahun 2021 - 2024 di Provinsi Kalbar yang diselenggarakan oleh BKKBN Kalbar di Hotel Mercure Pontianak, yang dibuka oleh Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Drs. H. Ria Norsan, M.M., M.H. Senin (14/3/2022).
Sosialisasi ini turut dihadiri Kepala BKKBN Pusat, dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K), Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BKKBN Provinsi Kalimantan Barat, Muslimat, S.Sos., M.Si., Bupati/Walikota se-Kalbar atau yang mewakili, serta beberapa Kepala OPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalbar.
Dalam konferensi pers, Wakil Gubernur Kalbar H. Ria Norsan mengatakan angka stunting tahun 2022 di Provinsi Kalbar terbilang cukup tinggi, yakni 29,8%.
"Angka ini sangat tinggi sekali dibandingkan standar nasional, yaitu 24%. Sedangkan di tahun 2024, angka stunting nasional ditargetkan berada pada angka 14%. Kita masih memiliki waktu sekitar 2 tahun untuk mencapai target tersebut," kata Wakil Gubernur Kalbar, H. Ria Norsan.
Dalam mencapai target tersebut, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat bersama BKKBN Provinsi Kalbar akan berupaya bekerjasama dengan seluruh Kabupaten/Kota di Kalbar untuk mencapai target penurunan angka stunting.
"Kami akan berupaya bekerjasama dengan melibatkan TNI/Polri dan menggerakkan stakeholder yang ada, seperti TP PKK maupun Posyandu, dan sebagainya. Saya yakin target penurunan angka stunting menjadi 14% akan tercapai melalui kerjasama seluruh stakeholder," jelas Wakil Gubernur, H. Ria Norsan saat sesi konferensi pers.
Dalam mengejar target penurunan stunting tersebut, Wakil Gubernur Kalbar H. Ria Norsan meminta seluruh stakeholder untuk bekerja menggunakan data yang tervalidasi.
"Kita harus mempunyai data yang valid agar mengetahui dimana letak kelemahan penurunan angka. stunting ini. Misalnya seperti jamban penduduk yang kurang baik, kurangnya air bersih. Jadi, kita lihat, indikator mana yang harus diperbaiki," ujar Wakil Gubernur, H. Ria Norsan.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BKKBN Pusat, dr. Hasto Wardoyo menyampaikan bantuan yang diberikan oleh pihaknya sesuai dengan data yang lengkap, yang terdiri dari pasangan subur jika hamil beresiko melahirkan anak stunting.
"Bantuan pangan non tunai akan kami pertajam sasarannya, lebih mengarah kepada mereka yang mempunyai resiko tinggi melahirkan anak stunting. Ini merupakan salah satu bentuk upaya kami," ucap dr. Hasto Wardoyo.
Kepala BKKBN Pusat juga mengatakan sosialisasi stunting sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat. Stunting mempunyai ciri-ciri seperti tubuh yang pendek, tidak cerdas dan obesitas.
"Stunting itu pendek tetapi pendek belum tentu stunting. Penyebab anak stunting seperti sering sakit-sakitan, tidak mendapatkan makanan cukup gizi, dan pengasuhan yang tidak baik," jelas Kepala BKKBN Pusat, dr. Hasto Wardoyo.
Seperti diketahui, lanjut dijelaskan Kepala BKKBN Pusat bahwa stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak.
"Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun," jelasnya. (Penulis : Alfian)