:
Oleh MC KAB BATANG, Kamis, 24 Februari 2022 | 21:16 WIB - Redaktur: Tobari - 500
Batang, InfoPublik - Berawal dari kondisi Hutan Kota Rajawali (HKR) yang harus selalu bersih setiap harinya sehingga banyak sampah daun jati yang dikumpulkan menumpuk.
“Pada akhirnya kita punya inisiatif untuk mengelola sampah daun jati menjadi kompos atau pupuk organik,” kata Kepala bidang Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batang Ila Dhiama Warni saat ditemui di Rumah Kompos HKR, Kabupaten Batang, Kamis (24/2/2022).
Baru dua minggu rumah kompos berjalan dan setiap hari Senin dan Kamis kita melakukan proses pengelolaannya.
“Kompos atau pupuk dapat digunakan sebagai penyubur pada tanaman. Alhamdulillah, sampah daun jati bisa bermanfaat menjadi pupuk organik padahal tadinya sampah ini hanya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” jelasnya.
Dijelaskannya, pupuk organik ini juga mempunyai manfaat untuk mengurangi dampak emisi gas rumah kaca. Dimana emisi gas rumah kaca menyumbang banyak perubahan iklim di Indonesia.
“Bisa dilihat saat kita membuang makanan dan sampah taman ke dalam tempat sampah, maka sampah-sampah tersebut akan dibawa dan terkubur di tempat-tempat pembuangan sampah,” tuturnya.
Saat sampah yang berada paling bawah mengalami pembusukan, terbentuklah gas metana. Gas metana akan merusak lapisan ozon bumi, karena gas metana termasuk gas-gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan perubahan
“Proses pembuatan kompos dimulai dari sampah daun jati utuh dimasukan mesin giling untuk menghasilkan potongan daun yang kecil. Kemudian diproses kembali dimasukan mesin penghalus agar menghasilkan butiran-butiran seperti pasir,” terangnya.
Baru kita pindahkan ke bak untuk kita timbun terlebih dahulu selama sebulan agar menjadi lembut. Kalau sudah lembut baru dicampur dengan kotoran kambing dan E4. Setelah itu kita tunggu sampai seminggu dengan ditutup menggunakan plastik.
Pemasaran pupuk organik sementara di event minggon jatinan dahulu untuk melihat animo masyarakat. Kalau bagus baru kita pasarkan ke petani-petani yang membutuhkan pupuk organik.
“Hasil pupuk sendiri sebagai tambahan rejeki untuk teman-teman yang bekerja disini dari pagi sampai sore membersihkan dan menjaga Hutan Kota Rajawali,” ujar dia.
Ia berharap, kedepan hasilnya bagus, ada permintaan dari masyarakat dan bidang pertanian, karena saya rasa pasti akan lebih banyak ada rumah kompos di Kabupaten Batang. (MC Batang, Jateng/Roza/Jumadi/toeb)