Bupati Garut Pimpin Upacara Peringatan Hari Santri Nasional

:


Oleh MC KAB GARUT, Kamis, 24 Oktober 2019 | 10:02 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 520


Garut, InfoPublik - Upacara peringatan Hari Santri Nasional (HSN) ke-IV tingkat Kabupaten Garut, digelar Selasa (22/10/2019) di lapangan Sarana Olahraga Ciateul Garut, dengan tema "Santri Indonesia Untuk Perdamaian Dunia".

Hadir dalam kesempatan tersebut bersama Bupati Garut H. Rudy Gunawan, Wakil Bupati Garut dr. H. Helmi Budiman, Wakil Ketua DPRD Garut Enan, Kapolres Garut AKBP Dede Yudy Ferdiansyah SIK MIK, Dandim 0611 Garut Letkol Inf Erwin Agung Teguh Wiyono Andrianto ST MTr (HAN), Asda Pemerintahan dan Kesra H. Nurdin Yana SH, Ketua Baznas Kabupaten Garut Rd. H. Aas Kosasih S Ag M Si,

Kemudian Kepala Kementerian Agama Garut H Undang Munawar, Ketua Pengadilan Negeri Garut, perwakilan Kejari Garut, Lapas Garut, para SKPD, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut, Rois Syuriah NU, KH Amin Muhidin, Ketua KONI Kabupaten Garut Dr H Abdusy Syakur Amin M Eng, Pengurus PCNU, PRNU, Fatayat NU, Pimpinan Ormas Islam, Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) dan ribuan santri dari berbagai kelembagaan pendidikan dan ponpes di Kabupaten Garut.

Dalam sambutannya Bupati Garut mengatakan, Puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala pada hari ini tanggal 22 Oktober 2019 kita dapat berada di tempat ini untuk bersama-sama merayakan sekaligus memperingati hari Santri ke-IV tingkat kabupaten Garut tahun 2019.

”Tentu Ini adalah kebahagiaan bagi kita semua karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala mentakdirkan kita semua di sini di dalam satu kesatuan kita semua memperingati hari santri yang kita banggakan,” katanya.

Kiprah Santri teruji dalam mengkokohkan pilar-pilar NKRI berdasarkan Pancasila yang bersendikan Bhinneka Tunggal Ika, santri berdiri di depan membentengi NKRI dari berbagai ancaman. Pada tahun 1936 sebelum Indonesia merdeka kaum santri menyatakan nusantara sebagai Darussalam.

”Pernyataan ini adalah legitimasi fikih berdirinya NKRI berdasarkan Pancasila. Tahun 1945 kaum santri setuju menghapuskan tujuh kata dalam Piagam Jakarta demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. tahun 1953 kaum santri memberi gelar Presiden Republik Indonesia Insinyur Soekarno sebagai waliyul Amri addlaruri bis syaukah (pemimpin yang sah yang harus ditaati) dan menyebut para pemberontak DI TII sebagai bughat yang harus diperangi dan tahun 1965 kaum santri berdiri di Garda depan menghadapi rongrongan ideologi komunisme serta tahun 1983–1984 kaum santri mempelopori penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta menyatakan bahwa NKRI sudah final sebagai konsensus nasional (Mu’ahadah Wathaniyyah),”ujarnya.

Bupati Garut, selepas reformasi kaum santri menjadi bandul kekuatan moderat sehingga perubahan konstitusi tidak melenceng dari tahun 1945 bahwa NKRI adalah negara bangsa bukan negara agama, bukan negara suku yang mengakui seluruh warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa diskriminasi berdasarkan Suku, Ras, Agama dan golongan.

”Pernyataan ini perlu diungkapkan untuk meninsyafkan semua pihak termasuk kaum santri sendiri tentang saham mereka yang besar dalam berdiri dan tegaknya NKRI. Tanpa kiprah kaum santri dengan sikap-sikap sosialnya yang moderat (Tawassuth), toleran (Tasamuh), profesional (Tawazun), lurus (I’tidal) dan wajar (Iqtishad), NKRI belum tentu eksis sampai sekarang,” paparnya.

Untuk itu sambungnya, hari santri ini perlu ditransformasikan menjadi gerakan penguatan paham kebangsaan yang bersintesis dengan keagamaan spirit ”Nasionalisme Bagian Dari Iman” (Hubbul Wathon Minal Iman) perlu terus kita gelorakan di tengah arus Ideologi Fundamentalisme agama mempertentangkan Islam dan nasionalisme.

”Islam dan ajarannya tidak bisa dilaksanakan tanpa tanah air, mencintai agama mustahil tanpa berpijak diatas tanah air, karena itu Islam harus bersanding dengan paham kebangsaan. Hari santri juga harus digunakan sebagai revitalisasi etos moral kesederhanaan, asketirme dan spiritual yang melekat sebagai karakter kaum santri,”ujarnya.

Lanjutnya, etos ini penting di tengah merebaknya korupsi dan narkoba yang mengancam bangsa Indonesia.

”Korupsi dan narkoba adalah turunan dari materialisme dan hedonism, paham kebendaan yang mengagungkan uang dan kenikmatan semu. Singkatnya santri harus mengemban amanah kalimatul Haq berani mengatakan ”Ya” terhadap kebenaran walaupun orang mengatakan ”Tidak” dan sanggup menyatakan ”Tidak” pada kebatilan walaupun semua orang mengatakan ”Ya“. Itulah karakter dasar santri yang Bumi, Langit dan Gunung tidak berani memikulnya sebagai ditegaskan dalam Al Quran surat  Al-ahzab ayat 72," tuturnya.

Terakhir dalam sambutannya bupati Rudy Gunawan, santri perlu memperalat teknologi informasi sebagai media dakwah dan sarana kebaikan dan kemaslahatan serta mereduksi penggunaannya yang tidak sejalan dengan upaya untuk menjaga Agama, Jiwa, Nalar, Harta, Keluarga dan martabat seseorang. Kaidah fiqih Al muhafadzah Ala Ala qadum shalih Wa akhdzu bi Al jadid Al Ashlah ”Menjaga tradisi lama yang baik dan menerima tradisi baru yang lebih baik“. Senantiasa relevan sebagai bekal kaum santri menghadapi tantangan zaman yang terus berubah.

”Atas dasar itulah, Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada para panitia telah memprakarsai kegiatan hari santri tingkat kabupaten Garut mudah-mudahan kegiatan ini dapat membantu menstimulasi indikator peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Garut serta semoga Kegiatan ini dapat mendorong bangkitnya generasi emas Kabupaten Garut yang kreatif dan inovatif dengan berlandaskan spirit religiusitas yang tinggi terakhir saya berharap semoga kegiatan ini ada dalam kelancaran dalam melahirkan para santri awan santriwati yang berpotensi diiringi semangat kompetitif sportivitas yang tinggi,”imbuhnya.(Sumber: Humas Diskominfo Garut/Eyv)