:
Oleh MC KAB PESISIR SELATAN, Kamis, 18 Juli 2019 | 16:54 WIB - Redaktur: Noor Yanto - 521
Pesisir Selatan, InfoPublik - Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) hingga sekarang masih tercatat sebagai salah satu daerah pemasok daging sapi di Sumatera Barat (Sumbar). Bahkan daerah itu juga terkenal dengan sapi lokalnya yang diberi nama sapi pasisia.
Agar kesehatan sapi yang akan dikirim keluar daerah untuk kebutuhan Hari Raya Idul Adha 1440 Hijriah tahun 2019 terjamin, pemerintah daerah setempat melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) menerjunkan 23 petugas kesehatan hewan (Keswan) ke lapangan. Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pessel, Rusdianto melalui Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Aspatuti Hamdi mengatakan Kamis (18/7) bahwa pada Hari Raya Idul Adha 1440 Hijriah tahun 2019 ini, Pessel memang masih tercatat sebagai salah satu daerah pemasok sapi kurban untuk beberapa daerah di Sumbar.
Bahkan bila dibanding dari tahun sebelumnya, permintaan pedagang dari luar daerah diprediksi akan semakin meningkat.
"Peningkatan permintaan dari luar daerah ini, merupakan pertanda bahwa kepercayaan konsumen terhadap sapi lokal asal Pessel untuk dikonsumsi semakin tinggi. Agar daging sapi yang diekspor keluar daerah ini benar-benar terjamin kesehatan dan kualitasnya, sehingga kita menerjunkan 23 petugas Keswan di lapangan," katanya.
Dijelaskannya bahwa petugas yang diterjunkan itu, akan secara aktif melakukan pemeriksaan hewan baik sapi maupun kambing yang akan dijual ke luar daerah. Termasuk juga yang akan dikonsumsi oleh masyarakat lokal.
"Itu kami lakukan sepanjang tahun, mengingat daerah ini sudah menjadi sentra daging di Sumbar. Hingga saat ini, kami tidak menemukan ada sapi yang terkena penyakit berbahaya bagi kesehatan manusia di daerah ini," katanya.
Dijelaskan lagi bahwa saat ini populasi sapi di Pessel terdata sebanyak 86.040 ekor. Terdiri dari 25.058 ekor jantan, dan 60.982 jantan.
"Dari total jumlah sapi yang ada itu, yang merupakan sapi asli atau sapi pesisir sebesar 65 persen. Sisanya adalah sapi simental, brahman, sapi bali, limosin, sapi peranakan ongol dan sapi hasil perkawinan silang lainya," jelas Aspatuti.
Lebih jauh dijelaskan, selain melakukan pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan dan kualitas hewan kurban, pihaknya juga melakukan imbauan kepada masyarakat, atau panitia kurban supaya tidak membungkus daging dengan menggunakan kresek berwarna hitam.
"Imbauan ini kita sampaikan, karena daging yang dibungkus dengan kresek berwarna hitam, bisa memicu penyakit kangker bagi manusia. Itu berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan para ahli," tutupnya.