Festival Folklore Populerkan Kebudayaan Desa Kandri di Kancah Nasional

:


Oleh MC KOTA SEMARANG, Minggu, 16 Desember 2018 | 22:06 WIB - Redaktur: Juli - 306


Semarang, InfoPublik - Pemerintah Kota Semarang menggelar Internasional Folklore Festival di Desa Wisata Kandri, yang berlangsung di Lapangan Kridasana Kandri, 14 sampai 16 Desember 2018. Festival Folklore menyuguhkan beragam kesenian dan tari tradisional dari sejumlah daerah di Indonesia dan mancanegara.

Wakil Wali Kota Semarang Hevearita G. Rahayu mengatakan, sebanyak 18 kontingen dari seluruh Indonesia mengikuti acara ini. Menurutnya, Kota Semarang adalah satu-satunya ibu kota yang masih memiliki suasana pedesaan di Desa Wisata Kandri.

“Mungkin ini yang tidak dimiliki kota lain. Masih ada suasana desa di kota. Kami apresiasi kegiatan ini karena sekaligus bisa mengangkat kebudayaan dan kuliner yang ada di Desa Wisata Kandri dan sekitarnya,” ujarnya, Minggu (16/12).

Plt Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Litani Satyawati menerangkan, ada beragam rangkaian acara menarik disuguhkan sejak Jumat (14/12) mulai dari dolanan anak, pertunjukan drama, gamelan, hingga tari kesenian tradisional. Selain itu juga ditampilkan kesenian dari beberapa negara tetangga seperti China, Malaysia, Korea dan Jepang.

“Kontingen yang ikut di antaranya dari Provinsi Aceh, Lampung, Sumatra Utara, Riau, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara,” katanya.

Litani menjelaskan, acara ini dapat memperkaya khazanah budaya Indonesia. Karena seluruh kontingen menampilkan kebudayaan dan keseniannya masing-masing.

Selain disuguhkan bermacam kesenian khas tradisional, peserta juga diajak mengelilingi area desa wisata dalam kegiatan jelajah desa. Awalnya peserta diajak jalan-jalan mulai dari Lapangan Kridasana untuk menonton pertunjukan seni musik dan tari tradisional.

Kemudian mereka diarahkan ke objek wisata Goa Kreo dan Jatibarang untuk mengenalkan wisata alam tersebut. Lalu peserta diajak ke Desa Nongkosawit untuk mengikuti pelatihan cara membuat kalung dan gelang Genitri.

“Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju Desa Malon untuk belajar membatik, yang terakhir ke Desa Cepoko untuk belajar berkebun dan memetik buah. Kegiatan ini juga untuk memberdayakan masyarakat sekitar,” katanya.