:
Oleh MC KOTA SEMARANG, Selasa, 27 November 2018 | 09:33 WIB - Redaktur: Juli - 218
Semarang, InfoPublik - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi berupaya mendorong terwujudnya "Kota Ramah HAM" di Semarang, sehingga menjadi kota yang nyaman dan ramah, sekaligus menjamin pemenuhan hak asasi setiap warganya tanpa membedakan kelompok dan golongan manapun.
Hal tersebut disampaikan Hendrar dalam rapat koordinasi (Rakor) Aksi Hak Asasi Manusia, Senin (26/11/2018), di ruang Ramashinta Patra, Semarang Hotel and Convention.
Menurutnya, konsep Kota Ramah HAM seperti yang disampaikan Soekarno, kita ingin mendirikan satu negara “semua buat semua”, bukan negara untuk satu orang. "Bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, ada tiga konsep kota ramah HAM yang terus didorong agar terwujud di Kota Semarang yakni, kesetaraan, ruang aspirasi serta kolaborasi. "Konsep kesetaraan diwujudkan dalam berbagai bidang mulai dari kesejahteraan, infrastruktur, kesehatan, pendidikan, transportasi, hingga gender," katanya.
Hendrar mencontohkan, dengan visi mewujudkan kota perdagangan jasa berbasis pariwisata, dia optimis roda perekonomian di Kota Semarang lebih merata. Tak hanya dilakoni para pemodal besar, tetapi sektor pariwisata juga menjanjikan lapangan kerja serta pendapatan bagi semua kelas masyarakat, tua, muda, perempuan, laki-laki, serta pemodal besar, menengah hingga kecil.
“Pak Sukiman misalnya, yang berusia 80 tahun dan awalnya tak berpenghasilan, saat ini berpenghasilan Rp200.000/hari dengan menyediakan spot swafoto di Kampung Pelangi,” paparnya.
Tak hanya itu, di “Kampung Pelangi”, Ani Purwono, 33 tahun, yang sebelumnya sebagai ibu rumah tangga murni, kini mampu membantu ekonomi keluarganya dengan berpenghasilan Rp600.000/ hari dari hasil berjualan makanan dan minuman.
Menurutnya, pihaknya juga terus mendorong kesetaraan dari sektor kesehatan, dimana Universal Health Coverage (UHC) memberikan jaminan kepada warga Kota Semarang dari semua golongan untuk mendapatkan kesehatan gratis jika mau dirawat di kelas 3.
"Selain itu, layanan Ambulans Hebat lengkap dengan alat dan tim medis juga siap memberi layanan kesehatan 24 jam gratis bagi warga Kota Semarang," tambah Hendrar.
Dari sisi infrastruktur, lanjutnya, pembangunan juga terus dilakukan dengan konsep ramah lingkungan serta kaum difabel. Mulai dari 6.000 m pedestrian yang dilengkapi guidance block, kamar mandi ramah difabel dan lansia yang dilengkapi dengan pegangan, serta jalur khusus difabel di area Balaikota dan ruang publik terus ditambah.
Tak hanya itu, pihaknya juga terus membuka kran aspirasi dari masyarakat sehingga membuka kesempatan untuk menyampaikan keluh kesah, masukan terhadap pemerintah. “Harapannya tak ada lagi sekat, batasan antara masyarakat dan jajaran pemerintah, yang ada adalah rasa kedekatan, saling memiliki dan kepedulian,” ungkap Hendrar Prihadi.
Tercatat ada 12.701 laporan warga selama 2018, yang disampaikan lewat berbagai kanal aduan yang dibuka baik medsos, call center 112, juga SMS lapor hendi. Aduan tersebut, ditangani paling lama 5 hari untuk perbaikan Kota Semarang. "Sebanyak 12.094 telah tertangani dan sisanya masih membutuhkan tindak lanjut khususnya dari sektor penganggaran karena membutuhkan dana besar," katanya.
"Konsep ketiga dalam mewujudkan HAM, adalah dengan menggerakkan kolaborasi yang dibangun dari kecintaan, kebanggaan serta kepedulian warga sehingga ikut bergerak bersama membangun Kota Semarang," pungkasnya.