:
Oleh MC KAB ENREKANG, Selasa, 18 September 2018 | 14:06 WIB - Redaktur: Noor Yanto - 505
Enrekang, InfoPublik - Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sulsel memprakirakan, puncak kemarau di Kabupaten Enrekang terjadi diperkirakan hingga akhir September, Pertanian Kecamatan Maiwa dan Cenda pun terancam merosot. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Enrekang, Arsil Bagenda mengatakan, dari 12 Kecamatan dua wilayah itu rawan mengalami dampak kekeringan, karena kurang mendapat suplay air irigasi sebagai dampak berkurangnya debit air.
“Pada 2 kecamatan tersebut sangat rawan gagal panen, terutama untuk tumbuhan padi dan jagung,” kata Arsil usai meninjau lahan pertanian tadah hujan di Enrekang, Selasa (18/09).
Arsil mengatakan, hal itu terjadi lantaran wilayah tersebut tidak memiliki irigasi teknis. Sehingga, sumber air hanya merupakan sawah tada hujan, hal ini juga disebabkan sungai-sungai mulai kering. Untuk Kecamatan Maiwa 2017 lalu, luas tanam untuk padi mencapai 4.975 hektare berhasil panen 4.456 hektare dengan hasil 24.508 ton. Rata-rata dua kali tanam. Dampak kemarau memang terlihat. Untuk tahun ini, Januari hingga Agustus baru 2.974 hektare telah panen dengan hasil 16.358 ton.
Sementara untuk jagung, 3.219 hektare berhasil panen 3.051 hektare, produksinya mencapai 17.390 ton. Juga mengalami dampak kemarau. Tahun ini, Januari hingga Agustus luas panen 1.682 hektare, produksi mencapai 9.587 ton. Sekretaris Dinas Pertanian Enrekang, Muhammad Arief menambahkan, setiap tahun terhitung dalam 1 hektare produksi rata-rata mencapai 4 ton hingga 5 ton. Untuk padi dan jagung.
“Memang diantisipasi ada pengaruh hama dan kemarau untuk musim panen kali ini, untuk padi hingga September, jagung panen di November hingga Oktober, " pungkasnya. (McEnrekang).