:
Oleh MC KOTA SEMARANG, Jumat, 24 Agustus 2018 | 09:26 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 240
Peralihan pusat alun-alun Kota Semarang dari kawasan Kauman ke kawasan Simpang Lima pada masa itu sendiri dengan mempertimbangkan semakin padatnya aktivitas perbelanjaan di sekitar alun-alum kauman yang luput dari penataan.
Adapun peningkatan kepadatan aktivitas tersebut terjadi seiring berkembangnya aktifitas perdaganan di Pasar Johar, sebagai pasar tradisional terbesar di Asia Tenggara.
Kini menjadi satu upaya revitalisasi Pasar Johar pasca terkena musibah kebakaran pada tanggal 9 Mei 2015, Wali kota Semarang, Hendrar Prihadi berupaya menghidupkan kembali romantisme alun-alun Kota Semarang di kawasan Kauman yang telah lama hilang.
Tak tanggung-tanggung dana sebesar Rp100 milyar digelontorkan untuk membangun kembali alun-alun Kota Semarang dalam dua tahap. Dan untuk pembangunan tahap pertama, dana sebesar Rp50 miliar akan digunakan salah satunya untuk pemasangan 700 tiang pancang di area lahan seluas 9,184 meter persegi, berdekatan dengan Masjid Agung Kauman Semarang.
Rabu (22/8) Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1439 Hijriyah pun dipilih sebagai hari dimulainya pembangunan tahap I alun-alun Kota Semarang. Hendi, sapaan akrab Walikota Semarang menyinggung jika proses pembangunan alun-alun Semarang menjadi representasi dari semangat berkorban yang terkandung dalam perayaan Idul Adha.
"Kalau pedagang yang tidak terdampak becana tidak mau berkorban untuk sementara direlokasi juga guna percepatan pembangunan, maka pasti alun-alun ini tidak akan terbangun sebagai satu kesatuan dengan Pasar Johar yang baru nantinya,” tegas Walikota Semarang.
Tak hanya pembangunan alun-alun Kota Semarang, Hendi menyebutkan bahwa sejumlah pekerjaan untuk membangun kembali Pasar Johar juga sedang dikerjakan dalam waktu bersamaan secara parsial.
“Selain ini untuk Pasar Johar yang cagar budaya juga sudah tanda tangan kontrak senilai Rp146 miliar dengan waktu pengerjaan 180 hari. Sedangkan untuk pembangunan Pasar Johar lantai 3 dan 4 akan diselesaikan pada akhir 2019 dengan dana sebesar Rp37 miliar. Hitungan saya, sedulur-sedulur pedangan bisa masuk kembali ke Pasar Johar di tahun 2020,” paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyatakan keoptimisannya untuk membawa Pasar Johar kembali merebut predikat sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara dan menjadi destinasi wisata unggulan di Kota Semarang.
Pasalnya, desain pembangunan kembali Pasar Johar sendiri telah diakui oleh para perencana kota internasional. Pengakuan tersebut didapatkan melalui penetapan desain revitalisasi Pasar Johar sebagai proyek penataan kota terbaik pada ajang internasional SIP Planning Award di Singapura pada tahun 2017.
Saat ini sendiri, predikat Pasar Terbesar di Asia Tenggara disematkan kepada Pasar JJ di Bangkok, Thailand yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Thailand.(MC.Kota Semarang/Eyv)