Keluarga dan Lingkungan Turut Pengaruhi Pendidikan Anak

:


Oleh MC Prov. Sulteng, Senin, 23 April 2018 | 09:44 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 604


Palu, Rangkaian acara menyambut hari pendidikan nasional yang jatuh pada 2 Mei mendatang mulai tampak terasa sejak Sabtu (21/4) yang juga bertepatan dengan hari Kartini.Ki Hajar Dewantara adalah pahlawan nasional Indonesia, salah satu tokoh pendidikan pada masa penjajahan silam yang memperjuangkan pendidikan kaum pribumi. Dimana dahulu pendidikan hanya dapat dinikmati oleh kalangan terbatas, kaum penjajah dan kroninya.

 Dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi Sulawesi Tengah bertempat di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) jalan Dr Soetomo menggelar Gebyar Pendidikan dalam rangka menyambut Hardiknas 2018. Kegiatan tersebut berlangsung hingga 27 April mendatang.  Berbagai kegiatan diantaranya adalah pameran bazar buku murah, lomba literasi, pentas seni, penampilan musik tradisional, pemutaran film bertema pendidikan dan kegiatan sosial donor darah.

Berbagai kegiatan tersebut menurut kepala dinas pendidikan dan kebudayaan Sulawesi Tengah Drs. H Irwan Lahace, M Si bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pendidikan dan wawasan kebangsaan yang terus berkembang, mengapresiasi bakat dan minat sekaligus menggali potensi insan pendidikan.

Gubernur yang diwakili oleh sekretaris daerah provinsi Sulawesi Tengah Drs. H Mohamad Hidayat Lamakarate, M Si yang membaca sambutan menyampaikan bahwa Gebyar Pendidikan yang diselenggarakan serentak di seluruh Indonesia merupakan instrumen penting dalam mewadahi peserta didik untuk menyalurkan bakat serta kreatifitasnya. Kemudian menurutnya, yang tidak kalah penting semua yang terlibat didalamnya dapat memaknai hari pendidikan dalam koridor kesederhanaan.

Ia pun menuturkan, peningkatan kualitas  pendidikan menjadi tanggung jawab bersama semua elemen masyarakat yang ada di Sulawesi Tengah. Dimana pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab para guru semata, akan tetapi juga menjadi keluarga dan lingkungan sekitar.
“Keterlibatan guru tidak dapat dipungkiri mendapat porsi yang besar, juga tidak boleh dikesampingkan bahwa suksesnya pendidikan anak juga bergantung dari lingkungan keluarga dan masyarakatnya, sebab anak yang hidup dalam keluarga yang harmonis dan bergaul di tengah-tengah masyarakat terdidik memiliki peluang yang lebih besar untuk bertumbuhkembang menjadi generasi penerus yang berakhlak mulia, cerdas, kreatif, terampil dan berprestasi. Ketimbang anak-anak yang berasal dari lingkungan rumah maupun masyarakat  yang kurang harmonis dan tidak terdidik”, tuturnya.

Hal lain yang menjadi perhatian Sekda Hidayat adalah, momentum Hardiknas menjadi wajib dipahami esensi dan spiritnya. Agar tidak hanya menjadi rutinitas seremonial belaka. Sehingga pada akhirnya gebyar pendidikan dapat mendidik pula pikiran, hati dan perbuatan kita semua, sehingga peduli kepada kemanusiaan layaknya Ki Hajar Dewantara.

Di sela-sela acara pembukaan tersebut ditampilkan pula kesenian adat tradisional Kaili Lalove, iringan alat musik tiup semacam seruling yang memiliki 14 tangga nada dan lantunan harapan begitu menentramkan, ini merupakan ritual nenek moyang suku Kaili guna penyembuhan penyakit non medik. Menurut sang artis Lalove, bangsa Indonesia tengah dijangkiti banyak penyakit non medik, dan bangsa ini menurutnya, perlu kembali mengkaji nilai-nilai luhur para pendahulu, dan mengungkap kearifan tradisional yang sangat beragam yang dimiliki bangsa ini.

Giliran Anak-anak SMPN 15 Palu juga menunjukan bakat dan kreatifitasnya dalam ajang Gebyar Pendidikan tersebut. Mereka mementaskan musik tradisional Teku-Teku. Iringan kentongan bambu yang menghasilkan suara Teku-teku, gimba serta kakula atau semacam gamelan atau kulintang dibawakan begitu apik dan atraktif. Meski mereka relatif remaja, tapi mereka dapat membawakan koreografi yang sangat kompak. Teku-teku dilakukan para penduduk setempat ketika terjadi gerhana.(MC.Sulteng/Eyv)