“Sekolah Terminal”, Diharap Tak Sekadar Ajarkan Baca

:


Oleh MC Provinsi Jawa Tengah, Senin, 12 Februari 2018 | 09:13 WIB - Redaktur: Kusnadi - 1K


Tegal, InfoPublik – Usia lanjut dan keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang Mbah Simpen (72) belajar membaca dan mengaji. Perempuan penyandang disabilitas itu tetap semangat belajar di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sakila Kerti di sela-sela berjualan asongan.

Saat Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menantang nenek warga Pesurungan Kidul Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal itu membaca surat Al Fatihah, Mbah Simpen tanpa canggung melafalkan ayat demi ayat surat tersebut hingga tuntas. Hasil belajar Al Fatihah selama enam bulan melalui bimbingan pengajar relawan itu, semakin menggelorakan semangat Mbah Simpen untuk terus belajar.

Berkat belajar mengaji setiap hari Jumat dan belajar membaca serta menulis setiap Senin sampai Kamis, perempuan sepuh yang sebelumnya buta huruf itu kini bisa membaca. Demikian juga rekan-rekan seprofesinya sesama pedagang asongan yang menimba ilmu di “Sekolah Terminal”, semakin bertambah wawasan dan pengetahuan tentang banyak hal

Tidak hanya Mbah Simpen, murid  “Sekolah Terminal” lainnya, Priyatin (49), juga unjuk kemahirannya membaca puisi “ngapak”, khusus untuk menyambut kehadiran gubernur yang mengajar di TBM Sakila Kerti. Puisi berbahasa khas Tegal dengan judul “”Wong Cilik” karya Priyatin yang dibacakan di hadapan gubernur, Wali Kota Tegal Nursholeh, Kapolres Tegal  Kota AKBP Jon Wesly Arianto itu pun mendapat apresiasi.

“Dengan adanya TBM di terminal ini, yang tadinya tidak bisa membaca menjadi bisa membaca, mengaji. Ini sesuai perintah Pak Jokowi tentang budaya literasi. Bahkan Allah memerintahkan iqra atau membaca agar (manusia) tahu,” ujar Gubernur Ganjar Pranowo di sela-sela kunjungan di TBM Sakila Kerti Terminal Tegal, Minggu (11/2).

Menurut gubernur, siapapun berhak belajar. Dan tempat belajarnya pun bisa di mana saja, baik di sekolah formal, rumah, bahkan terminal dapat menjadi tempat menuntut ilmu. Tidak hanya belajar membaca, menulis, serta mengaji, melainkan juga pengetahuan ekonomi dan wirausaha.

Ia mencontohkan Priyatin yang sehari-hari berjualan kue kamir khas Tegal, kini dapat memroduksi sendiri setelah mendapat pelatihan di “Sekolah Terminal”. Selain itu juga tahu aneka jenis rasa kue kamir dan harga bahan baku pembuatan kue dari membaca buku.

Orang nomor satu di Jateng itu mendorong Sekolah Terminal yang telah berjalan selama 10 tahun ini, tidak hanya sebatas mengajarkan membaca dan mengaji namun juga memberikan pelajaran bisnis dan ekonomi. Termasuk akses permodalan untuk pengembangan usaha dengan melibatkan perbankan untuk memberikan pendampingan berwirausaha.

“Ini sudah berjalan bagus, nanti masalah apa yang diperlukan saya bantu menyelesaikannya. Tidak cukup baca saja, sekali-kali hadirkan orang yang bisa mengajarkan bisnis dan ekonomi, termasuk yang butuh akses modal untuk pengembangan usaha,” terangnya.

Sementara itu, pengelola TBM Sakila Kerti Dr Yusqon MPd  menjelaskan, keberadaan TBM yang berdiri pada November 2011 di pojok terminal itu menjadi sarana belajar pedagang asongan, sopir, buruh angkut barang, dan pelaku usaha di terminal, baik belajar baca tulis, dan mengaji.

Ruang TMB berukuran tidak lebih dari 5×5 meter itu dilengkapi dengan beragam koleksi buku pengetahuan umum, sastra, dan majalah yang mampu menarik minat membaca para pedagang asongan, sopir, calon penumpang bus. Selain taman baca, TBM juga rutin memberikan pelajaran membaca dan menulis setiap Senin sampai Kamis mulai pukul 14.00-16.00 WIB.

“Sedangkan pada Jumat, khusus untuk belajar mengaji. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan setiap hari, dua jam pada sore hari atau sesudah mereka berdagang. Semangat yang dibangun adalah mengajak warga terminal gemar membaca. Alhamdulillah semangat belajar mereka memang sangat tinggi,” ujar Yusqon.

Yusqon mendukung usulan gubernur mengenai adanya pelajaran ekonomi dan bisnis di Sekolah Terminal. Dengan adanya pelajaran wirausaha, TBM dengan jumlah murid aktif sebanyak 42 orang ini, dapat lebih mandiri dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi. Terlebih sebagian besar murid KBM ini merupakan pedagang asongan dengan usia lebih dari 30 tahun dan beberapa di antaranya penyandang disabilitas.

Ia menyebutkan, sejumlah penghargaan disabet TBM Sakila Kerti. Diantaranya penghargaan dari Menteri Pendidikan dan kebudayaan RI pada 2012. Selain itu melalui salah seorang pengelolanya, Sismiyati, juga menjuarai lomba Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) PAUD dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) berprestasi pada 2017 Tingkat Jawa Tengah.(MC Prov Jateng/Kus)