:
Oleh MC Provinsi Maluku, Selasa, 10 Januari 2017 | 09:24 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 2K
Ambon, InfoPublik - Harga komoditi ekspor andalan Maluku dari hasil perkebunan berupa cengkih dan kopra kini mulai naik kembali setelah bertahan sejak bulan Desember 2016 lalu.
Hasil pantauan di lokasi transaksi di kawasan pertokoan Pantai Mardika, Senin, para mengumpul menawarkan harga cengkih asebesar Rp.89.000,-/kg atau naik dari sebelumnya Rp. 85.000,-/kg.
Sedangkan harga kopra yang bergerak naik pada bulan Desember dari Rp. 9.000,- menjadi Rp. 10.000,-, kini memasuki minggu kedua Januari juga ikut naik dari Rp. 10.000,- menjadi Rp. 11.000,-/kg.
Inang, pengumpul yang biasanya melakukan transaksi di Pulau Buru mengatakan, bahwa tadi pagi setelah menjual hasil pembeliannya di Pulau Buru kepada salah satu agen pengumpul di kawasan pantai Mardika ternyata kedfua hasil perkebunan ini harganya sudah naik.
"Lumayan juga, sebab harga cengkih yang selalu saja terjadi perubahan harga yang tidak menentu kini naik dari Rp. 85.000,- menjadi Rp. 89.000,-/kg," katanya.
Ia berharap harga tersebut bertahan agar hasil panen para petani di daerah bisa melakukan penjualan dengan memanfaatkan harga yang membaik.
"Begitu juga kopra yang tadi-tadinya kurang diperhitungkan oleh perajin sebab harganya kurang memuaskan kjini bergerak naik cukup bagus yakni Rp. 11.000,-/kg," ujarnya.
Menurut dia, perubahan harga kopra ini sangat menguntungkan pengrajin, sebab beberapa tahun yang lalu harga kopra biasanya hanya mencapai Rp. 6.000,- hingga Rp. 7.000,-/kg, kemudian berlahan-lahan bergerak naik hingga mencapai Rp. 9.000,-/kg pada awal tahun 2016. Kini sudah naik lagi menjadi Rp. 11.000,-/kg.
Sedangkan harga hasil perkebunan yang lain seperti fuli pala juga masih tetap bertahan dengan harga Rp. 120.000,-/kg.
Biji pala bundar juga bertahan dengan harga Rp. 65.000,-/kg, sedangkan sedikit keriput harganya sedikit dibawah yakni Rp. 60.000,-/kg.
Inang menambahkan, biasanya para pengumpul yang membeli hasil di Ambon danb kembali dijual di Surabaya selalu memantau harga di Surabaya sebelum melakukan transaksi di Ambon, agar tidak merugi. (MC.Prov.Maluku/ant/LL/eyv)