Gereja Protestan Maluku Berkurban Menyongsong Idul Adha

:


Oleh MC Gereja Protestan Maluku, Minggu, 11 September 2016 | 09:37 WIB - Redaktur: Tobari - 47K


Ambon, InfoPublik – Gereja Protestan Maluku (GPM) Ikut berkurban menyongsong Idul Adha, Senin (12/9), dengan menyerahkan seekor hewan kurban berupa sapi kepada basudara muslim di Desa Batu Merah, sebagai perwujudan bentuk manifestasi kurban (memberi secara kristiani).

Hari raya Idul Adha bagi umat muslim di dunia, juga identik dengan sebutan hari raya kurban (al-uddhiyyah), dimana persitiwa bersejarah tersebut dianggap sakral oleh umat Islam. Penyembelihan hewan kurban dilihat sebagai wujud manifestasi Nabi Ibrahim as yang diperintahan Allah untuk mengkurbankan anaknya, Ismail as.

Gereja Protestan Maluku (GPM) dalam kehidupan bersama  memaknai setiap moment perayaan hari-hari besar keagamaan di dunia, dan Maluku pada khususnya. GPM melihat tindakan berkurban bukan hanya sebuah rutinitas kegiatan sosial semata, namun lebih dari itu adalah penghayatan terhadap nilai-nilai ritual yang mendalam.

Maka GPM, dalam gagasan "gereja orang basudara" mewujudkan kebersamaan hidup berdampingan sebagai orang basudara salam sarane (Islam - Kristen), meyerahkan hewan kurban berupa seekor sapi kepada basudara muslim di Desa Batu Merah sebagai perwujudan bentuk manifestasi kurban (memberi secara kristiani).

Hewan kurban diserahkan Jum’at (8/9), melalui Pdt.A.Hetharion,.S.Th, didampingi oleh Pdt.A.Latupeirissa,.S.Th, dan diterima langsung oleh Irsal Lisaholet sebagai Panitia Hari Raya Kurban bersama beberapa orang panitia dan pengurus mesjid turut menyaksikan secara langsung.

Menurut Irsal yang adalah sekretaris panitia, ia dan pengurus mesjid serta pemerintah dan seluruh umat muslim Batu Merah menyampaikan terimakasih melalui penghargaan yang tulus yang berasal dari GPM, melalui Ketua Sinode yang telah menyumbangkan hewan kurban.

Bagi mereka, nilai hewan bukan menjadi ukuran, namun makna saling berbagi adalah wujud hidup orang basudara. Semoga GPM terus menjadi gereja bagi kehidupan orang basudara.

“Ini adalah gagasan GPM secara utuh untuk menjadi gereja yang memiliki identitas, dan memiliki karakter dan berciri khas,” kata Pdt.Drs.A.J.S.Werinussa,.M.Si (Ketua Sinode GPM) di sela-sela kesibukan Gereja Protestan Maluku (GPM) memperiapkan diri mensyukuri 81 tahun GPM, Senin (5/9).

Gereja orang basudara (bersaudara) sebetulnya merupakan hasil refleksi pengalaman bergereja di Maluku, terutama Gereja Protestan Maluku (GPM), dalam bersentuhan dengan umat beragama lain.

Setelah pengalaman konflik, kami merasa bahwa kami harus mengangkat ke permukaan nilai-nilai persaudaraan yang selama ini terkemas dalam adat dan budaya kita sebagai orang Maluku, misalnya ada pela gandong.

“Begitupun juga kearifan-kearifan lokal tentang adat budaya persaudaraan yang menjadi tradisi oleh setiap daerah di wilayah Maluku dan Maluku Utara. Karena itu, kami sepakat sebagai GPM untuk mengangkatnya menjadi ciri GPM,” kata Werinussa.

Pengakuan “Gereja Orang Basudara” digagas karena GPM secara teologi dan eklesiologi mengakui kemajemukan sebagai karunia Tuhan, dan itu merupakan bentuk serta cara Tuhan bagi kehidupan untuk membebaskan dan menyelamatkan manusia dari kebinasaan dalam bentuk kemajemukan agama, budaya, adat-istiadat dan sebagainya.

“Karena itu, kami merasa perlu untuk menjadikan GPM sebagai gereja orang basudara,” katanya menambahkan.

Sebagai hidup orang basudara maka esensi dari kurban adalah memberikan sedekah atau bersedekah secara tulus, suka menolong serta menghindari ketamakan. Karena materi adalah pemberian Allah yang wajib disyukuri. Materi merupakan ujian bagi kita,  materi yang telah diberikan Allah di dalamnya juga ada kehidupan orang lain yang membutuhkan. (MC GPM Maluku/toeb)