:
Oleh Prov. Banten, Senin, 22 Agustus 2016 | 13:51 WIB - Redaktur: Kusnadi - 705
Lebak, InfoPublik – Ketatnya persaingan dunia usaha mengharuskan setiap orang harus memiliki visi yang jauh ke depan. Selain itu diperlukan inovasi-inovasi baru dalam menglola usahanya, tidak terkecuali pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang ada di Kabupaten Lebak.
“Sudah saatnya masyarakat memanfaatkan teknologi informasi dalam upaya peningkatan kesejahteraan terlebih di era globalisasi goes digital bagi pelaku usaha adalah keniscayaan jika ingin adanya sustainability business,” ujar Asisten Daerah Bidang Kesra dan Humas, H. Tajudin dalam peluncuran Kampung UKM Digital ke-300 dan Pencanangan 1000 Kampung UKM Digital di Ciboleger, Kecamatan Leuwidamar, Lebak, Banten, Jumat (19/8) lalu.
Peluncuran Kampung UKM Digital ke–300 dan Pencanangan 1000 Kampung UKM Digital di Ciboleger merupakan bagian dari Konsep Smart City yang digagas oleh Pemkab Lebak yang berkerjasama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom).
Menurut Direktur Enterprise dan Business Service Telkom, Muhammad Awaluddin, kehadiran kampung UKM Digital ke-300 ini bertepatan dengan HUT Republik Indonesia (RI) ke-71 merupakan wujud bakti Telkom untuk negeri.
Sekadar diketahui, kampung UKM Digital dilansir Telkom sejak Juni 2015 untuk melengkapi gerakan pengembangan UKM yang telah dicanangkan seperti roadshow BAGUS Indonesia, Sentra UKM, Kampung Nelayan Digital.
Program Kampung UKM Digital tersebut merupakan pionir dalam program pengembangan UKM berbasis teritory dan komunitas yang dikomandoi Divisi Business Service dari Telkom.
“Kita punya target 300 kampung UKM Digital pada akhir 2016. Kuartal II 2016, ternyata animo masyarakat di daerah tinggi sehingga berubah dengan pencanangan seribu kampung UKM digital hingga tahun depan. Nah, dalam rangka HUT RI ke-71, 300 kampung UKM digital sudah selesai” ungkap Muhammad Awaluddin.
Diharapkannya, pelaku UKM tak lagi alergi dengan teknologi digital dalam berusaha karena telah terbukti mengubah banyak hal, termasuk dunia pemasaran dan bisnis.
“Di era digital saat ini banyak bisnis yang menghilangkan intermediasi pada jalur distribusinya dari produsen langsung ke pelanggan. Hal yang harus di perhatikan adalah bisnis online mendukung aktivitas offlinenya begitupun sebaliknya yang biasa kita sebut “O to O” atau online to offline,” tambahnya.
Kehadiaran Kampung UKM Digital ini, disambut baik oleh warga baduy, itu terbukti dari banyaknya hasil kerajinan tangan yang mulai di order oleh berbagai kalangan di daerah lain sejak hasil karya masyarakat baduy dipasarkan secara online.(Mc Banten/Kus