:
Oleh MC Prov Gorontalo, Kamis, 21 Januari 2016 | 14:39 WIB - Redaktur: Tobari - 501
Gorontalo, InfoPublik - Kelebihan stok merupakan salah satu alasan harga cabe rawit atau rica bersama sejumlah bahan kebutuhan lainnya mulai turun. Selain mungkin karena dampak penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), stok di Gorontalo saat ini kian melimpah.
Harga rica di pasar sentral Kota Gorontalo, Rabu (20/1), terpantau perlahan mulai turun. Sebelumnya harganya bermain di level Rp60.000 per kilogram. Nasib yang sama juga dialami tomat.
Biasanya musim hujan cenderung naik, di pasar sentral Kota Gorontalo harganya turun menjadi Rp10.000 per kilogram. Padahal, seminggu sebelumnya harganya bermain di kisaran Rp16.000.
Sementara itu, harga ayam potong dan telur juga mengalami penurunan. Untuk ayam potong, sebelumnya Rp60.000 kini harganya menjadi Rp40.000 per ekor, demikian Media Center Provinis Gorontalo melaporkan, Rabu (20/1).
Sedangkan telur menjadi Rp1.500 per butir, turun Rp300. Yang terpantau mengalami kenaikan yakni bawang merah. Sebelumnya berada di angka Rp 25.000 hingga Rp36.000, kini harganya mencapai Rp45.000 per kilogram.
Antan, salah seorang pedagang barito (bawang, rica, tomat), ketika diwawancarai mengatakan, penurunan harga kali ini terjadi karena stok yang sangat banyak. “Rica itu Rp60.000 per kilogram, tetapi sekarang turun mulai dari Rp50.000 sampai dengan Rp45.000 per kilogram. Sekarang stok pengiriman cukup banyak,” ujarnya.
Bambang, pedagang lainnya, mengatakan, turunnya harga ini karena permintaan dari luar sudah mulai berkurang. Kondisi harga di Gorontalo, disebutnya, tergantung dari Kota Manado.
“Kalau permintaan mereka banyak maka harga akan ikut-ikutan naik. Kalau bawang merah harga naik, itu karena pengirimannya dari luar daerah yang dulu Rp25.000 sekarang jadi Rp45.000,” ungkapnya.
Di tempat terpisah, Raya Pomanto penjual telur mengungkapkan, penurunan ini juga terjadi pada harga telur. Dari Rp47.000 per bak jadi Rp 43.000. Untuk harga eceran Rp1.700 jadi Rp1.500 per butirnya. Pembeli juga sangat sepi, mungkin karena kebutuhan yang kurang.
“Mungkin karena kemarin ada beberapa hari besar seperti Natal dan Maulid Nabi,” tuturnya. Sementara Niko pedagang ayam mengakui, penurunan harga yang terjadi karena sudah kebijakan dari perusahaan.
Harga ayam dari Rp60.000 turun menjadi Rp40.000, itu sudah menjadi kebijakan dari perusahaan (peternakan plasma) karena stok sangat banyak tapi pembelian sepi. “Mungkin keuangan masyarakat yang tidak ada jadi kurang untuk berbelanja,” imbuhnya.
Namun, yang dikeluhkan pedagang pasar sentral Kota Gorontalo adalah sepinya pengunjung. Hal ini salah satunya karena dialihfungsikannya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Gorontalo menjadi pasar. (mc prov gorontalo/toeb)