:
Oleh MC Kabupaten Sumenep, Rabu, 6 Januari 2016 | 18:46 WIB - Redaktur: Tobari - 313
Sumenep, InfoPublik - Di Kabupaten Sumenep, aktivitas keagamaan dan transfer ilmu ke-Islam-an berkembang pesat. Sumenep juga dikenal dengan banyak melahirkan tokoh-tokoh alim ulama yang menjadi pusat jujukan ilmu.
Di Sumenep juga banyak berdiri lembaga pendidikan klasik yang menjadi pusat transfer ilmu. Sebelum banyak berdiri pesantren, seperti saat sekarang, aktivitas para kiyai dan santrinya banyak berlangsung di masjid (masegit), mushalla, langgar, maupun surau.
Beberapa lokasi berdasar penelusuran Media Center Kabupaten Sumenep, yang secara historis pada tempo dulu menjadi tujuan kalangan santri menimba ilmu, di antaranya Masjid Laju Kapanjin, Masjid Batuampar, Masjid Sokambang, dan lain-lain.
"Masjid Lama atau yang dikenal dengan sebutan Masegit Laju merupakan masjid tertua di kawasan Kota Sumenep yang masih berdiri dengan kokoh. Meski sudah mengalami banyak perubahan, namun nuansa kunanya tetap tidak hilang,"kata RB. Ainurrahman, warga kampung Masjid Laju, Kelurahan Kapanjin, kepada Media Center, Rabu (6/1).
Masjid Laju dibangun sekitar tahun 1630-an oleh Pangeran Anggadipa, salah satu bupati Sumenep. Selama hampir dua abad menjadi satu-satunya masjid keraton, hingga dibangunnya Masjid Jami' atau Masjid Agung Sumenep oleh Panembahan Sumolo pada pertengahan kurun 1700-an.
Dalam perkembangannya, seperti yang dikatakan Gus Ainurrahman, Masjid Laju berfungsi ganda, yakni juga sebagai tempat memperdalam ilmu agama.
Terlebih di masa keluarga dinasti Bindara Saut, di mana terjadi hubungan semenda dengan keluarga Kiyai Barangbang, yakni Kiyai Muharrar bin Daud yang diambil menantu oleh Pangeran Letnan, di kampung Masegit Laju. Aktivitas pengajian kitab-kitab klasik berkembang.
"Dulu yang terkenal morok (mengajar Kiyai Raden Bagus Miftahul Arifin atau Kiyai Hambal bin Muharrar. Lalu diganti putranya hingga Kiyai Raden Bagus Muhammad Shaleh," kata Ainur.
Selain Masjid Laju, masjid dulu yang juga berfungsi sebagai pusat transfer ilmu agama adalah Masjid Jami di Batuampar. Masjid ini dibangun oleh Kiyai Abdullah, ayah Bindara Saut.
"Masjid ini dibangun tahun 1002 Hijriah atau 1583 Masehi," kata RB. Muhammad Ishaq, salah satu keturunan Kiyai Abdullah dari jalur Bindara Saut, di Desa Batuampar, Kecamatan Guluk-guluk.
Angka ini didasarkan pria yang akrab dipanggil Gus Ishaq ini pada manuskrip kuna yang saat ini tersimpan di rumahnya. Angka ini menarik jika dibandingkan dengan masa hidup Kiyai Abdullah yang diperkirakan sekitar satu abad setelahnya.
Masjid Batuampar ini banyak menyimpan cerita yang melegenda. Karena masjid ini letaknya berkumpul dengan makam pendirinya, Kiyai Abdullah. Ada yang mengatakan bahwa masjid ini dibangun dengan karomah Kiyai Abdullah saat pindah dari Pamekasan ke Batuampar, maupun cerita-cerita lain yang tentu tidak bisa dinalar oleh akal.
Namun yang pasti masjid ini juga pernah menjadi pusat jujukan ilmu. Karena tidak bisa dipungkiri, banyak ulama-ulama besar Madura, bahkan ke daerah tapal kuda adalah keturunan Kiyai Abdullah. ( Farhan/Esha/Fer/toeb )