BRIN Manfaatkan Fly Ash Jadi Bahan Amelioran untuk Budi Daya Bawang Merah di Dataran Tinggi

: Penyampaian materi Fly ash oleh Peneliti Ahli Madya, Pusat Riset Hortikultural (PRHP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ismon, Lenin/Foto: Humas BRIN


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Selasa, 2 April 2024 | 09:59 WIB - Redaktur: Untung S - 144


Jakarta, InfoPublik – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Hortikultural (PRHP) tengah mengkaji pemanfaatan Fly ash atau bottom ash yang dikenal dengan singkatan FABA untuk keberlangsungan produksi bawang merah di daerah dataran tinggi.

Pada umumnya, lahan kering di dataran tinggi didominasi jenis tanah Andisol untuk budidaya sentra bawang merah, tanah Andisol unsur fosfat sebagian besar terikat oleh mineral liat non kristalin alofan, imogolite dan ferihidrid. Untuk melepaskan P terfiksasi dibutuhkan bahan organik dalam dosis tinggi. 

Dikutip dari berita Humas BRIN pada Senin (1/4/2024), Peneliti Ahli Madya, Pusat Riset Hortikultural (PRHP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ismon,  menyampaikan materi yang berjudul “Teknologi Pemanfaatan Fly Ash sebagai Bahan Amelioran pada Budidaya Bawang Merah di Dataran Tinggi” saat acara  webinar yang dihelat PRHP BRIN: “Teknologi Budidaya Spesifik Agroekosistem untuk Mendongkrak Produksi Bawang Merah di Dataran Tinggi”, yang diselenggarakan pada Kamis (28/3/2024) pekan lalu.

“Agar bawang merah dapat berproduksi maksimal pada Andisol dibutuhkan pupuk organik yang sangat tinggi berkisar antara 20-70 ton/ha. Pengaruh bahan organic terhadap kesediaan P secara langsung melalui proses mineralisasi dan secara tidak langsung membantu pelepasan P yang terfiksasi. Asam organic dapat melepaskan P yang terikat  oleh Al, Fe dan Ca menjadi P tersedia bagi tanaman. P terfiksasi juga dapat dilepaskan melalui reaksi pertukaran dengan ion silikat (Si),” ujar Ismon.

Ismon menjelaskan, salah satu sumber silika yang potensial di Indonesia adalah Fly Ash atau bottom ash yang dikenal dengan singkatan FABA, merupakan material sisa dari proses pembakaran batu bara yang ada di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Biasanya ditemukan di cerobong dan ditangkap dengan uap air sehingga dapat terkumpul dan tidak lepas ke udara.  Sementara yang tertinggal di bawah dinamakan bottom ash.

“Di Indonesia 49 persen pembangkit Listrik menggunakan batu bara. Produksi FABA pada 2023 mencapai 11,3 juta ton dimana 80-90  persen berupa fly ash. Hal ini betul-betul membutuhkan effort yang sangat tinggi dalam mengelola limbah ini, namun potensial digunakan sebagai bahan amelioran atau sebagai sumber pupuk silika," ujarnya.

Ia mengatakan, bahwa penggunaan fly ash pada bidang pertanian di Indonesia masih sangat minim, karena masyarakat menganggapnya sebagai golongan limbah B3 dan tidak diizinkan untuk dimanfaatkan, sehingga hasil-hasil penelitian pemanfaatan fly ash di bidang pertanian juga masih sedikit.  Namun, berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 2021 fly ash tidak termasuk lagi sebagai  limbah B3,  sehingga perlu diinisiasi  kajian tentang pengaruhnya terhadap perbaikan kualitas tanah dan hasil tanaman. “Sementara di luar negeri seperti, China, India dan jepang sudah lama  dimanfaatkan sebagai ameliorant dan sudah diproduksi sebagai zeolite,” kata Ismon.

Fly ash pada umumnya dapat diaplikasikan dicampur atau diformulasi dengan bahan organik, sehingga mampu meningkatkan kualitas tanah dan meningkatkan hasil tanaman khususnya untuk budidaya bawang merah.

“Pada 2023 melalui penelitian rumah program telah melakukan optimalisasi pemanfaatan fly ash sebagai bahan amelioran untuk sistem Budidaya berkelanjutan Bawang merah pada dataran tinggi dan lahan gambut. Rencana penelitian ke depan bagaimana kita memformulasikan bahan organik menjadi suatu formulasi yang betul betul efektif dalam meningkatkan kualitas lahan termasuk di daerah sentra bawang merah,” tutup Ismon.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Selasa, 28 Mei 2024 | 17:02 WIB
Ini Historis Arsitektur Masjid Raya Baiturrahman dari Masa ke Masa
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 27 Mei 2024 | 12:22 WIB
BRIN Dukung Riset dan Inovasi Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Minggu, 26 Mei 2024 | 12:05 WIB
Bunga Bangkai di KRC Kembali Mekar Mencapai Tinggi 3,40 Meter
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 22 Mei 2024 | 21:19 WIB
BRIN Ajak Masyarakat Belajar Konservasi Air lewat Kisah Sukses
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Selasa, 14 Mei 2024 | 21:17 WIB
BRIN Jelaskan Ada Awan yang Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 13 Mei 2024 | 13:10 WIB
BRIN Paparkan Strategi dan Teknologi Inovatif Pengendalian Vektor Dengue di Indonesia
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 13 Mei 2024 | 13:09 WIB
BRIN-PT Dahana Manfaatkan Propelan ISP-240 untuk Bahan Bakar Roket Pertahanan
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 13 Mei 2024 | 12:33 WIB
BRIN Jelaskan Teknik Serangga Mandul untuk Cegah Penyakit DBD