Staf Ahli Menkominfo: Keluarga Menjadi Benteng Pencegahan Hoaks

:


Oleh Wawan Budiyanto, Kamis, 22 April 2021 | 13:22 WIB - Redaktur: Untung S - 280


Jakarta, InfoPublik - Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Widodo Muktiyo mengatakan, keluarga dan orang terdekat merupakan bagian penting dalam membentengi diri agar tidak teracuni dengan informasi-informasi hoaks (berita bohong) yang menyesatkan.

Menurutnya, di era transformasi digital saat ini setiap hari disuguhkan dengan infromasi-informasi yang tidak benar. Karena itu kita perlu hati-hati terhadap jebakan-jebakan informasi berita bohong.

“Meskipun masuk dalam era virtual, diseyogyakan (selayaknya-red) tetap berkomunikasi dengan keluarga dekat, keluarga besar, komunitas desa. Ini bagian penting untuk kita tidak termakan hoaks yang kemudian berakibat pada perilaku destruktif (merusak-red),” kata Widodo saat memberikan paparan pada acara Webinar bertema ‘Bijak Bermedia Sosial’ yang diselenggarakan di Jakarta, Kamis (22/4/2021).

Dijelaskannya, tanpa disadari terkadang saat kita membuka media sosial (medsos) baik itu instagram, facebook, twitter atau bahkan Whatsapp banyak sekali informasi yang di buat dengan tujuan menjebak mulai dari menyulut kebencian, membuat opini tidak produktif, persepsi negatif hingga provokasi yang membuat konflik.

“Makanya apa-apa kita ini sekarang harus cek and ricek,” ujarnya.

Oleh karena itu, tambah Widodo, diperlukan perpaduan yang saling menguatkan antara kehidupan virtual dan kehidupan nyata dan berlaku untuk semua tanpa pandang bulu sehingga jebakan-jebakan informasi yang menjadi racun dapat diantisipasi. Selain itu diperlukan juga kedewasaan dalam mencerna informasi agar tidak mudah percaya begitu saja.

 “Kedewasaan kita harus ditingkatkan terus menerus. Inilah saatnya buat kita semua Mari kita bangun peradaban digital cara bermedsos yang bijak, positif selalu memberikan keadaban untuk alam (komunikasi) virtual kita,” paparnya.

Anggota Komisi I DPR RI Lodewijk F. Paulus yang ikut hadir pada Webinar mengatakan, diperlukan edukasi atau pembelajaran agar kita bijak dalam menggunakan media sosial.

Dikatakannya, pemerintah telah berupaya menegakkan hukum kepada pengguna media sosial yang tidak mematuhi aturan. Namun, penegakan hukum saja tidak cukup tanpa edukasi.

Law enforcement adalah upaya pemaksaan pada pengguna yang tidak mematuhi Undang Undang yang berlaku. Tapi semua sia-sia anpa edukasi. Marilah kita gunakan secara bijak medsos ini,”  kata Lodewijk.

Bijak bermedia sosial lanjutnya, dapat dumulai dari diri sendiri dengan cara berintrospeksi apakah yang kita lakukan sudah bijak atau belum. Kemudian lingkungan keluarga yang merupakan pelopor dan setelah itu lingkungan sekitar baik itu dirumah, dikantor dan sebagainya.

“Mari kita introspeksi, tidak hanya law enfrocement tapi berbicara kesadaran pribadi kita untuk menggunakan medsos ini dengan bijak,” sebutnya.

Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi Lampung, Ririn Kuswantari yang juga mengikuti Webinar menyatakan bahwa media sosial memberikan dampak yang luar biasa. Kalau tidak bijak menggunakannya maka yang terjadi hanya kehabisan waktu dan sia-sia tanpa membawa manfaatnya.

“Sebenarnya bermedsos memberikan dampak yang luar biasa. Kalau tidak bijak menggunakan, justru menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. kalau kita tidak melakukan manajemen waktu bermedsos tanpa terasa waktu akan terlewatkan begitu saja dan sia-sia,” katanya.

Ditekankannya, tidak ada alasan untuk tidak produktif dalam memanfaatkan medsos. Ririn mengajak semua agar menggunakan medsos dengan baik. “Berkata benar itu baik tapi berkata bijak itu lebih baik lagi,” pungkasnya