Membangun Indonesia Timur Melalui Pendidikan Berkualitas

:


Oleh Yudi Rahmat, Jumat, 8 Februari 2019 | 07:34 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 469


Jakarta, infopublik - Dayalima bersama The University of Oxford  Society of Indonesia berkolaborasi dalam menyelenggarakan Forum Percakapan ke-46, Kamis, (7/2/2019) di Kantor Daya Dimensi Indonesia, Jakarta. 
 
Presiden University of Oxford  Society of Indonesia, Rio Haminoto, mengatakan acara ini mengambil tema “Life-Changing Education for East Indonesia,” dan membahas tentang peran aktif yang dapat  dan seharusnya dilakukan oleh masyarakat di Indonesa Bagian Barat, khususnya Jakarta, untuk meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia Timur. 
 
Secara khusus, percakapan kali ini juga bertujuan untuk mendukung para lulusan SMA dan SMK di Indonesia Timur agar mampu mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Acara ini mengundang nara sumber Gracia Billy Mambrasar, putra Papua kandidat MSc (S2) Major Programme Management di University of Oxford dan pendiri dari “Kitong Bisa” Foundation, 
 
Nara Sumber lainnya Prof. Dr. Soebroto, Guru Besar Universitas Indonesia dan pernah menjabat sebagai  Sekjen OPEC  periode 1998-199, Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indonesia 1978 - 1988 serta Menteri Kenaga Kerja dan Koperasi RI periode 1971-1978. 
 
Indonesia telah menjadi anggota dari G-20 dan akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Akan tetapi, tingkat produktifitas tenaga kerja yang rendah, terutama di kawasan Indonesia Timur, yang disebabkan oleh ketidakmerataan pendidikan dan kesempatan telah membuat terciptanya kesenjangan keahlian dan kemampuan. 
 
Pemerintah Republik Indonesia telah menjawab tangan ini dengan membuat sekolah-sekolah kejuruan. Namun statistik menyatakan bahwa jumpah pengangguran di Papua yang telah mencapai 51, 728 orang 9,93% nya adalah lulusan sekolah kejuruan. 
 
“Masalah- masalah yang ada di Indonesia tidak bisa dipecahkan sendiri oleh Pemerintah dan sebagai perwujudan negara demokrasi,  maka peran kelompok masyarakat madani akan sangat kritikal sebagai solusi permasalahan bangsa dan karenanya kolaborasi antar kelompok masyarakat madani sangatlah kritikal”, ungkap Rio Haminoto. 
 
Billy Mambrasar, sebagai seorang putra Papua dan mahasiswa pasca sarjana di Universitas Oxford melihat hal ini sebagai suatu mega program yang harus dijalankan bersama seluruh pemangku kepentingan di Indonesia. 
 
Billy telah berinisiasi dengan memulai sebuah organisasi nirlab,  “Kitong Bisa” yang akan menjadi sebuah peluru yang melesat untuk menjadikan  putra-putri Papua wirausahawan penggerak ekonomi daerah. 
 
Kitong Bisa yang dipimpin Billy berusaha melengkapi kemampuan yang diperlukan oleh para putra-putri Papua untuk bertranformasi menjadi wirausaha yang mandiri dan dapat menjadi kekuatan ekonomi Indonesia Timur.
 
Universitas of Oxford Society of Indonesia dibentuk pada awal 2018 dan saat ini memiliki 94 anggota aktif, 151 orang Alumni di Indonesia dan 51 orang yang masih menempuh pendidikan di Oxford. Anggota Oxford Society Of Indonesia terdiri dari pelajar Indonesia, alumni yang memegang kewarganegaraan Indonesia dan alumni warga negara asing yang tinggal di Indonesia.
 
University of  Oxford  Society of Indonesia memiliki misi  untuk melayani masyarakat Indonesia sebagai pusat akumulasi dan berbagi pengetahuan dan keahlian para anggotanya. Organisasi ini mengadakan acara diskusi  dan memproduksi siaran lintas plat form untuk menawarkan pertukaran ide, pendapat serta pengalaman intelektual yang mendalam dan luas yang dapat membantu menggali potensi  sumber daya Indonesia sebagai bangsa yang hebat. (UOSI)