Dalam Empat Tahun Terakhir, Penyalahgunaan Narkoba Terus Turun

:


Oleh Jhon Rico, Kamis, 25 Oktober 2018 | 22:47 WIB - Redaktur: Juli - 225


Jakarta, InfoPublik - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Heru Winarko menegaskan selama empat tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, penyalahgunaan narkoba menurun. Hingga 2017, prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 1,77 persen.

"Prevalensi penyalahgunaan narkoba trennya memang menurun, yang tadinya 2,18 persen, sekarang 1,77 persen," kata Heru Winarko saat menyampaikan capaian 4 tahun kerja pemerintahan Jokowi- JK di Gedung Kementerian Sekretariat Negara Jakarta, Kamis (25/10).

Meski turun, jelas Heru, prevalensi 1,77 persen itu menunjukkan tingkat penyalahgunaan narkoba masih diambang kritis. "Karena itu, kita perlu mengoptimalkan penanganan narkoba ini," ujarnya.

Dia mengungkapkan, saat ini ada sekitar 3 juta lebih penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan ini terdiri dari tiga kelas, coba pakai, pemakai rutin dan pecandu. "Coba pakai itu paling banyak, sebanyak 57 persen," jelas dia.

Menurut Heru, jumlah pengguna narkotika yang meninggal lebih dari 30 orang per hari. Namun hal ini masih banyak orang yang tidak mengetahuinya. "Karena pengguna narkoba ini beli sendiri, pakai sendiri dan meninggal sendiri. Jadi tidak bisa dimonitor," ujar dia.

Heru menegaskan, sesuai dengan permintaan presiden, BNN terus melakukan pencegahan supply dan demand narkotika di Indonesia.

Menurut Heru, BNN lebih fokus kepada jaringan narkoba. Hingga September 2018 ini, ada 61 jaringan narkoba yang diungkap BNN. "Ada 23 jaringan internasional dan sisanya jaringan nasional," papar Heru.

Heru menyatakan, Selat Malaka hingga saat ini masih jadi favorit para sindikat menyelundupkan narkoba ke Indonesia. "Ada beberapa kejadian di 2017, dan di 2018, BNN bisa mengungkap lebih dari 1 ton. "Ini kita kembangkan barang ini dari Taiwan dan kita bisa sita 3 ton sabu di sana," terang dia.

BNN juga terus melakukan patroli bersama dengan TNI-Polri dan Bea Cukai. Di mana untuk mencegah penyelundupan narkoba, Heru menyebut, desa-desa yang ada di pesisir diajak bekerja sama untuk mencegah masuknya narkoba ke Indonesia melalui jalur- jalur tikus.

"Kepala desa, Babinsa, Babinkantibmas bisa mempertahankan supaya barang- barang ini (narkoba) tidak masuk ke Indonesia," harap dia.

Terkait jenis narkoba yang berkembang, Heru menjelaskan, narkoba itu tidak hanya sabu, morfin atau heroin. Namun ada juga jenis narkoba yang sangat berbahaya yakni New Psychoactive Substances (NPS). Di dunia ada sekitar 739 jenis NPS. "Di Indonesia bulan lalu ada sekitar 71 jenis NPS, sekarang ada 73 jenis NPS," jelas dia.

Sulis menjelaskan, harga NPS sangat murah sekitar Rp1000-2000/perbutir. Ini sangat berbahaya karena anak-anak dengan mudah bisa membelinya. Inilah yang perlu diantisipasi dan menjadi musuh kita bersama.

"Jadi kita mengajak semuanya agar NPS ini tidak masuk dan tidak beredar, khususnya di kalangan anak-anak," imbuh dia.

Terkait pengedaran narkoba melalui online, Heru mengaku telah bekerja sama dengan Kemenkominfo. "Banyak portal- portal yang kita tutup. Ditutup oleh Menkominfo untuk tidak menjadi transaksi (narkoba) melalui cyber," tegasnya.