Kejar Target 30 Persen Luas Kawasan Konservasi Laut, KKP Perkuat OECM

: Foto: HUMAS DITJEN PENGELOLAAN KELAUTAN DAN RUANG LAUT


Oleh Isma, Minggu, 31 Maret 2024 | 09:24 WIB - Redaktur: Untung S - 254


Rembang, InfoPublik - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (Ditjen PKRL) terus mendorong tercapainya target 30 persen perluasan kawasan konservasi di 2045.

Di antaranya dengan memperkuat upaya konservasi laut, termasuk melalui pengembangan dan implementasi kawasan konservasi dan Other Effective Area-Based Conservation Measures (OECM).

Dalam siaran pers yang diterima pada Sabtu (30/3/2024), Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Victor Gustaaf Manoppo menerangkan bahwa OECM merupakan wilayah selain kawasan konservasi yang secara geografis ditetapkan, diatur, dikelola, dan dalam jangka panjang mencapai hasil yang positif dan berkelanjutan untuk konservasi ekosistem dan biota perairan.

“OECM dapat memberikan solusi inovatif dan fleksibel untuk memperluas cakupan konservasi laut di Indonesia,” terang Victor.

Victor juga menegaskan, saat itu luas kawasan konservasi yang telah ditetapkan mencapai 29,3 juta hektare (ha), dan akan memperluas menjadi 97,5 juta ha di 2045. Penambahan itu adalah strategi dalam mewujudkan kebijakan ekonomi biru.

“Meskipun sudah diakomodir oleh program pemerintah, namun kontribusi berbagai pihak sangat diperlukan dalam perlindungan dan pelestarian ekosistem ini, mengingat kebijakan global seperti Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework menetapkan target yang ambisius untuk melindungi wilayah darat dan laut hingga 30 persen pada 2030, termasuk melalui Other Effective area-based Conservation Measures atau OECM ini,” tegasnya.

Sementara itu, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Firdaus Agung menjelaskan pengembangan dan implementasi kawasan konservasi melalui OECM menjadi kesempatan bagi pemerintah dan para mitra yang bekerja sama dengan KKP untuk memiliki kesamaan pemahaman, pandangan, dan aksi nyata untuk pelaksanaan dan pemanfaatan OECM di Indonesia.

“Di level nasional itu OECM bagus sekali, karena kalau saya perhatikan di negara-negara lain perkembangan OECM tidak seintens di Indonesia. Jadi perkembangan 30x45 dan OECM sangat potensial untuk digaungkan di tingkat dunia dua tahun setelah penandatanganan Kunming Montreal Biodiversity Framework,” urai Firdaus.

Firdaus juga menyebutkan melalui lokakarya bersama para mitra, diharapkan dapat menghasilkan rumusan definisi kriteria dan pemetaan potensi lokasi OECM sehingga OECM menjadi konsep yang berlanjut dengan memiliki peta jalan bagi implementasinya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Senior Program dan Kebijakan RARE Hari Kushardanto mengungkapkan lokakarya tersebut merupakan salah satu inisiatif yang didukung oleh Ocean 5, The David and Lucile Packard Foundation, BOF, dan OceanKind, dikoordinasikan oleh WWF-Indonesia dan mewakili konsorsium yang terdiri dari enam organisasi non-pemerintah (NGO) di sektor kelautan dan perikanan Indonesia, seperti WWF-Indonesia, Coral Triangle Center (CTC), RARE, Yayasan Pesisir Lestari (YPL), Yayasan Rekam Nusantara, dan Yayasan Konservasi Indonesia. Konsorsium akan terus bekerja secara kolaboratif untuk mendorong agenda OECM di Indonesia dapat berjalan.

“Masuknya OECM menjadi angin segar karena semangat inclusiveness dan voluntary OECM menunjukan bahwa pemerintah Indonesia sekarang membuka tangan lebar-lebar bagi upaya perlindungan laut dan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan. Tidak hanya oleh pemerintah tapi semua sektor. Kami menyadari masih banyak gapsnya dan area yang kita harus isi, seperti legal basis. Namun kita bisa melengkapi lagi agar OECM tidak hanya berhenti di Undang-Undang, tapi kemudian bisa diterapkan di lapangan,” ujar Hari.

Sejalan dengan kebijakan KKP yang ditegaskan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono di berbagai forum global, konservasi di wilayah laut menjadi salah satu strategi andalan Indonesia dalam memulihkan kelautan dan ekosistem perairan. Melalui strategi ini diharapkan kesehatan dan produktivitas laut dapat terjaga untuk implementasi ekonomi biru di Indonesia.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Isma
  • Selasa, 30 April 2024 | 15:53 WIB
KKP Tangani Paus Terdampar di Gorontalo
  • Oleh Isma
  • Selasa, 30 April 2024 | 15:52 WIB
KKP-USK Dukung Pengawasan Sektor Kelautan Perikanan
  • Oleh Isma
  • Senin, 29 April 2024 | 20:10 WIB
KKP Promosikan Potensi Budi Daya Perikanan di IABF 2024
  • Oleh Isma
  • Sabtu, 27 April 2024 | 10:40 WIB
Pengelolaan Sedimentasi untuk Kesejahteraan Masyarakat
  • Oleh Isma
  • Sabtu, 27 April 2024 | 10:39 WIB
KKP Hentikan Operasional Kapal Keruk Pasir di Lamongan
  • Oleh Isma
  • Jumat, 26 April 2024 | 14:38 WIB
KKP Amankan Kapal Ikan Asing Malaysia di Selat Malaka