Diversifikasi Pangan, Rencana Besar Indonesia Hadapi Krisis Pangan Global

:


Oleh Tri Antoro, Kamis, 2 Juni 2022 | 13:06 WIB - Redaktur: Untung S - 298


Jakarta, InfoPublik - Indonesia tengah mempersiapkan rencana besar dalam mendorong diversifikasi tanaman komoditas pangan di berbagai pelosok daerah, hal itu dalam rangka menghadapi krisis pangan global yang diprediksi akan terjadi oleh sejumlah organisasi dunia. 

Indikasi terjadinya krisis pangan yang akan datang, ditandai dengan terjadinya peningkatan harga komoditas dan bahan pangan yang masif terjadi dalam beberapa waktu belakangan. 

"Menindaklanjuti prediksi Badan Pangan Dunia (FAO) dan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa dunia sekarang ini dan akan datang mengalami krisi pangan," kata Presiden Joko Widodo ketika memberikan keterangan pers saat meninjau panen tanaman sorgum di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Kamis (2/6/2022). 

Menurut Presiden, upaya diversifikasi tanaman pangan yang dilakukan agar masyarakat tidak ketergantungan terhadap satu tanaman pangan saja. Mengingat, Indonesia memiliki tanaman pangan yang dapat dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. 

Di antaranya, jagung, padi, sagu, gandum, dan sorgum yang kini tengah gencar dikembangkan di berbagai daerah sebagai alternatif tanaman pangan. 

"Kita ingin banyak alternatif atau pilihan yang bisa kita kerjakan di negara kita. Diversifikasi pangan, tidak hanya tergantung pada beras," kata Presiden. 

Adanya beragam produk pangan di tanah air, juga berpeluang membuat Indonesia mengurangi impor bahan pangan jagung dan gandum yang masih terjadi. 

"Kita tidak tergantung sekali pada yang namanya gandum atau jagung dari impor," imbuh Jokowi. 

Presiden mencontohkan, pada saat ini pemerintah tengah mendorong melakukan perluasan lahan pertanian tanaman pangan jenis sorgum di Kabupaten Sumba Timur, NTT. Sebab, di wilayah itu, tanaman sorgum dapat tumbuh dengan subur. 

Seluas 60 hektare lahan tanaman sorgum telah berhasil dipanen. Rata-rata hasil panen setiap 1 hektare lahan dapat mencapai 5 ton sorgum dengan harga jual bisa mencapai sekitar Rp50 juta per tahun. 

"Uji coba sorgum berhasil, petani sorgum bisa mendapatkan uang hasil panen berkisar di atas Rp4 juta dalam satu bulan," kata Presiden. 

Dari langkah itu disimpulkan, bahwa pengembangan lahan komoditas sorgum dapat membawa kesejahteraan bagi para petani. Sehingga, taraf hidup dapat semakin baik ketika melakukan penanaman komoditas pangan sorgum. 

"Dari lahan ini menyerap tenaga kerja di sekitar NTT," tutur Presiden. 

Diketahui, Sorgum adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan untuk sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Sorgum merupakan makanan pokok penting di Asia Selatan dan Afrika sub-sahara.

Sorgum juga mengandung serat tidak larut air atau serat kasar dan serat pangan, masing-masing sebesar 6,5 - 7,9 persen dan 1,1 - 1,23 persen. Kandungan protein pun seimbang dengan jagung sebesar 10,11 persen sedangkan jagung 11,02 persen.

Foto: BPMI/istimewa