SKK Migas: Penghijauan untuk Turunkan Emisi Karbon di Wilayah Tambang

:


Oleh Eko Budiono, Kamis, 10 Maret 2022 | 08:18 WIB - Redaktur: Untung S - 449


Jakarta, InfoPublik - Industri hulu minyak dan gas bumi akan terus didorong untuk turut menurunkan emisi karbon di wilayah operasi tambang, guna mendukung komitmen pemerintah menekan gas rumah kaca di Indonesia. Di antaranya melalui program penghijauan.

Hal tersebut disampaikan Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rinto Pudyantoro, melalui keterangan tertulisnya, Rabu (9/3/2022).

"Sejak 2013 industri hulu migas telah melakukan program penghijauan melalui penanaman lebih dari 7,9 juta batang pohon pada lahan seluas 4.500 hektare. Program itu diperkirakan mampu menyerap 1 juta ton karbondioksida," kata Rinto Pudyantoro.
 
Rinto mengatakan, inisiatif SKK Migas dalam melakukan operasi rendah karbon secara terintegrasi juga telah tertuang dalam rencana strategis Indonesia Oil and Gas 4.0 (IOG 4.0) tahun 2020-2030.
 
Menurutnya, upaya mengejar target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) gas pada 2030 akan berdampak pada peningkatan emisi karbon, sehingga industri hulu migas mengupayakan penerapan teknologi CCUS atau Penangkapan dan Penyimpanan Karbon. 
 
"CCUS tidak hanya dapat menurunkan emisi karbon, tetapi juga mampu meningkatkan produksi migas melalui karbondioksida Enhanced Oil Recovery (EOR)," kata Rinto.
 
Saat ini uji coba penerapan CCUS telah dilakukan di beberapa lapangan yakni Lapangan Gundih, Sukowati, dan Tangguh.
 
"Akhir tahun lalu SKK Migas dan BP Tangguh telah menandatangani nota kesepahaman untuk pembangunan teknologi CCUS. 

Untuk Lapangan Gundih, kata Rinto, tahapan pekerjaan akan dilakukan pada 2023. 
 
Sedikitnya ada 3 juta ton karbondioksida akan digunakan dalam proyek CCUS lapangan Gundih dalam kurun waktu 10 tahun.
 
Sedangkan, lapangan Sukowati akan memasuki tahapan proyek percontohan untuk injeksi karbon dioksida yang dilakukan pada tahun ini.
 
Setelah uji coba sukses dilakukan akan diperoleh persetujuan rencana pembangunan instrumen pendukung untuk injeksi karbon dioksida.
 
"Proyek itu diharapkan beroperasi penuh pada 2028. Program itu menargetkan injeksi karbondioksida ke dalam bumi hingga 15 juta ton dalam kurun waktu 25 tahun," ujar Rinto.
 
Foto: ANTARA