Setelah BRT, LRT dan MRT, Selanjutnya O-Bahn Jadi Alternatif Angkutan Massal Perkotaan

:


Oleh Dian Thenniarti, Senin, 24 Juni 2019 | 10:58 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K


Jakarta, InfoPublik - O-Bahn, yakni angkutan massal yang merupakan gabungan antara Bus Rapid Transit (BRT) dan Light Rapid Transit (LRT) digadang akan menjadi alternatif pilihan angkutan massal perkotaan di Indonesia.

O-Bahn merupakan bagian dari sistem transit BUS cepat. O-Bahn ini memadukan konsep BRT dan LRT dalam satu jalur yang sama.

Bus ini memiliki roda pandu yang berada di samping ban depan bus. Roda pandu ini menyatu dengan batang kemudi roda depan, sehingga ketika bus memasuki jalur O-Bahn, supir tak perlu lagi mengendalikan arah bus karena roda pandu akan mengarahkan bus sesuai dengan arah rel pandu, serta mencegah bus terperosok ke celah yang ada di jalur.

Sistem ini pertama kali diterapkan di Kota Essen, Jerman, dan saat ini sudah digunakan di berbagai negara seperti Australia dan Jepang.

Di Indonesia, hingga saat ini penggunaan alternatif angkutan massal O-Bahn ini masih dalam taraf kajian Pemerintah bersama stakeholder.

Menurut Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Dirjen Hubdat Kemenhub), Budi Setiyadi, pemanfaatan alternatif angkutan massal semacam O-Bahn ini berkaitan dengan semakin terbangunnya infrastruktur jalan.

Berbagai macam angkutan massal perkotaan telah dibangun, seperti Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT) dan Mass Rapid Transit (MRT).

Sehingga, lanjut Budi, perlu dilakukan antisipasi agar masyarakat mengoptimalkan prasarana dan sarana Transportasi Massal Perkotaan di Indonesia tersebut, dalam rangka mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang berdampak terjadinya kemacetan yang menjadi permasalahan serius di daerah perkotaan di Indonesia.

"Tahun 2019 ini adalah era Kemenhub memperbaiki semua sarana dan fasilitas menyangkut angkutan umum. Kita juga harus cepat merespon karena beberapa kota besar di Indonesia sudah mulai mengalami kemacetan," ujar Budi.

Sementara itu, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, Zulfikri menyampaikan, seiring perkembangan teknologi, saat ini banyak dikembangkan moda angkutan massal seperti misalnya O-Bahn yang dapat dibangun dengan biaya lebih murah dibandingkan dengan LRT, namun agak lebih mahal dibandingkan dengan BRT biasa.

"Kapasitasnya lebih besar dari pada busway, tapi lebih kecil dari LRT. Anggarannya memang lebih besar dari pada busway karena kita harus membangun beberapa ruas jalur. Untuk tempatnya mungkin di luar dari Jakarta, karena itu kita perlu lihat lagi bagaimana masterplan kotanya. Maka kita perlu kaji lebih lanjut dan duduk bersama dengan Pemda dan stakeholder terkait," kata Zulfikri.