Viral Tiket Pesawat Mahal, YLKI Imbau Agen Perjalanan Jangan Sesatkan Konsumen

:


Oleh Dian Thenniarti, Jumat, 31 Mei 2019 | 18:35 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 338


Jakarta, InfoPublik - Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi sampaikan pandangannya terkait viralnya harga tiket pesawat hingga menembus angka Rp21 juta.

Menurut Tulus, viralnya berita terkait tiket pesawat yang melambung sampai Rp21 juta bahkan menembus Rp40 juta adalah sangat menggelikan. "Ya jelas menggelikan, bagaimana tidak mahal dan melambung, karena rutenya berputar-putar, dan kelas bisnis pula. Masa jurusan Bandung-Medan harus berputar dulu ke Bali, lalu ke Jakarta, baru ke Medan, ini saya kira ulah agen perjalanan online atau Online Travel Agent (OTA) yang menyesatkan konsumen," kata Tulus Abadi,  Jumat (31/5).

Menurut Tulus, harga yang dipatok tersebut bila di ilustrasikan, sama dengan penumpang dari Jakarta mau ke Yogyakarta tapi transit di Singapur dulu, lalu ke Jakarta lagi, baru ke Yogyakarta. "Aneh bin ajaib. Rute yang ditawarkan OTA tidak rasional, sengaja untuk menguras kantong konsumen," ujarnya. 

Kelas bisnis pesawat, ungkap Tulus memang harganya bisa berlipat lipat dari kelas ekonomi, apalagi diputar putar pula. Tiket kelas bisnis/eksekutif di pesawat, bahkan di bus AKAP, tidak diatur oleh pemerintah, karena yang diatur hanya kelas ekonomi, via Tarif Batas Atas (TBA) dan Tarif Batas Bawah (TBB). 

Kelas bisnis, lanjut Tulus, tergantung operator maskapai, sesuai mekanisme pasar. Bagi maskapai udara, tiket kelas bisnis berfungsi untuk subsidi silang bagi kelas ekonomi yang dianggap masih merugi. 

"Kelas bisnis di pesawat hanya beberapa seat saja, sekitar 10-an seat untuk sekelas pesawat Boeing 737 atau Air Bus 320 (narrow body). Maka pilihan yang rasional bagi konsumen adalah menggunakan kelas ekonomi saat naik pesawat. Itupun tarifnya kini sudah setinggi langit," kata Tulus. 

Oleh karena itu, Tulus menghinbau pihak OTA untuk tidak membuat rute tujuan penerbangan yang membuat konsumen bingung dan heboh. 

 

Langkah Kemenhub

 

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B. Pramesti selaku regulator menegaskan maskapai untuk mengingatkan dan menegur mitra penjual/agen untuk tidak menampilkan harga yang tidak masuk akal karena penerbangan harus melalui beberapa kali transit. 

"Karena yang muncul di layar aplikasi konsumen, harga tiket jadi tidak masuk akal. Kalau maskapai tidak diingatkan untuk menegur mitra mereka, ini akan merugikan reputasi maskapai sendiri, sekaligus membuat calon penumpang menjerit," ujar Polana.

Polana menambahkan, dalam suasana di mana permintaan tiket pesawat mengalami puncak seperti musim liburan dan Lebaran tahun ini, pemunculan harga yang tidak masuk akan makin membuat publik kebingungan dan menurunkan kepercayaan terhadap pelayanan dalam industri penerbangan.