Konsep Penghitungan Wisman Mobile Positioning Data Disambut Baik UNWTO

:


Oleh Untung S, Sabtu, 26 Januari 2019 | 13:21 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 704


Madrid, InfoPublik - Mobile Positioning Data (MPD) atau konsep penghitungan wisatawan mancanegara di area perbatasan (border area) yang dipaparkan Menteri Pariwisata Indonesia, Arief Yahya, disambut baik dan diterima 100 persen oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO).

Dalam keterangan resmi yang diterima InfoPublik, Jum'at (25/1) konsep itu dipaparkan Menteri Pariwisata Arief Yahya saat menerima undangan Ministerial Meeting dari Sekjen UNWTO Zurab Pololikashvili di Madrid, Kamis (24/1) malam waktu setempat.

“Kami setuju penggunaan teknologi digital untuk penghitungan wisatawan, seperti yang disampaikan Pak Menteri Arief Yahya. Kami harap jangan hanya diterapkan di ASEAN saja, tetapi juga di banyak Negara lain di dunia. Saya harap bisa juga segera diimplementasikan di semua Negara Afrika. Dan sekaligus mempromosikan Indonesia melalui produk MPD ini,” kata Sekjen UNWTO Zurab Pololikashvili.

Zurab yang mewakili lembaga dunia PBB yang menangani pariwisata itu senang Indonesia menjadi pionir dan menemukan teknologi terbaru dalam teknik penghitungan wisman. Ini akan sangat bermanfaat untuk dunia pariwisata ke depan.

“Kami sangat senang dengan penemuan baru dengan menggunakan teknologi ini,” kata Sekjen Zurab Pololikashvili yang berasal dari Georgia.

Selain itu, Tiga usulan yang dibawa Menpar Arief Yahya ke UNWTO 100 persen diterima juga dengan baik. Pertama soal MPD, Mobile Positioning Data. Kedua, Sustainable Tourism Development, dan ketiga, Homestay Desa Wisata. Mr Zurab sendiri didampingi oleh Mr. Zhu Shanzhong, Executive Director at the World Tourism Organization (UNWTO), Mr. Xu Jing, Regional Director for Asia and the Pacific (UNWTO), Beka Jakeli, Senior Officer of the Regional Programme for Europe, United Nations World Tourism Organization (UNWTO) dan beberapa staf lainnya.

Tentu, inilah salah satu reputasi penting buat Indonesia, yang semakin popular karena penerapan technology. Data itu sangat penting di masa kini maupun masa datang.

Data jumlah kunjungan wisman itu sangat penting untuk melakukan evaluasi serta untuk membuat keputusan cepat. Memasukan data yang salah, keputusan ke depannya sudah pasti akan semakin jauh dari kebenaran.

“Saya sering mengatakan, if you can not measure, you can not manage! Data digital tidak akan menyesatkan,” kata Arief Yahya.

Lantas Apa keuntungan MPD menurut Menpar pertama, automatics counting, mengitung sendiri oleh mesin dan program, tidak ada intervensi manusia. Kedua, MPD juga me-record visitor outsite Immigration point, bukan hanya yang lapor ke Imigrasi, tetapi yang nyelonong juga akan mudah terekam.

Keuntungan ketiga adalah continues counting atau terus menghitung dan akurat. Keempat, profile customers-nya lebih lengkap, length of stay, frequency, origination country, atau kota/provinsi.

“Maka cara MPD ini bisa dijadikan model untuk statistic for tourism di seluruh negara di dunia,” ungkap Arief Yahya.

Kembali ke soal teknologi MPD itu, Menpar Arief Yahya menjelaskan dengan runtut konsep, manfaat, dan kelebihan menggunakan digital technology. Lebih dari 70 persen travelers itu sudah menggunakan mobile dan online. Mereka search and share secara online. Mereka sudah pasti akrab dengan teknologi ponsel.

Teknologi ini bisa meng-capture pergerakan wisman dan wisnus dengan kongkrit, real time dari pergerakan ponsel. Begitu ON, IP atau identitas handphone itu langsung terekam oleh mobile antenna (BTS), tanpa mereka harus mengirim message berupa text maupun calling.

“Kami bersama BPS – Badan Pusat Statistik Indonesia sudah melakukan dengan baik di crossborder area sejak tahun 2016, dan itu langkah sukses yang bisa dijadikan model untuk dunia. Kami senang menerima tawaran UNWTO untuk mengimplementasikan konsep MPD ini di banyak negara di dunia, termasuk Afrika yang ditawarkan oleh Mr. Zurab,” ungkap Arief Yahya.