WCCE 2018: | Tampil Atraktif, Pembukaan WCCE Memukau Ribuan Peserta

:


Oleh Irvina Falah, Rabu, 7 November 2018 | 15:28 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 272


Nusa Dua, InfoPublik – Ada yang mengejutkan dari pembukaan World Conference on Creative Economy (WCCE) di Plenary Hall, BNDCC, Bali, Rabu, 7 November 2018. Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf tampil atraktif, “menghipnotis” sekitar 1.500-an peserta untuk melepas dasi, jas, menggulung lengan baju dan mengajak hadirin mengangkatkan tangan lalu menghentakkan kaki bersama-sama.

“Pemuda adalah sumber utama dari energi ekonomi kreatif untuk membuat dunia menjadi lebih baik,” Triawan sambil melepas dasi, jas, dan menggulung lengan bajunya.

“Ayo lepaskan dasinya, jaketnya, dan kita gulung lengan baju kita, cukup sampai disana. Kita harus bekerja bahu membahu mencapai terobosan mengguncang dunia!,” Lalu ia mengangkat tangan dan menghentakkan kakinya sambil melantunkan lagu, “We Will Rock You” Queen. 

Tak lama, ia pun memanggil para Dewa Bujana, Andy Riff, dan Gerald Situmorang untuk tampil menyanyikan lagu “We Will Rock You” Queen. Semua hadirian pun ikut bertepuk tangan dan bernyanyi bersama. Tampak speaker, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara naik ke panggung dan ikut bernyanyi bersama.

Suasana pembukaan pun sangat meriah, penonton standing applaus untuk penampilan Triawan Munaf bersama Menteri Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi membawakan pidato pembuakaan secara bergantian.

Triawan menyatakan menyampaikan kontribusi ekonomi kreatif secara signifikan bagi pertumbuhan global. Tahun 2015 kontribusi ekonomi kreatif berjumlah 2.250 milyar dollar dan mempekerjakan 29.5 juta tenaga kerja. Hal itu setara dengan 3% GDP dunia, dan 1 % dari populasi aktif dunia.

“Pada waktu yang sama teknologi menjadi enabler untuk ekonomi kreatif yang membuat industri ini menjadi inklusif. Teknologi juga membantu berjalannya kehidupan untuk menambah value chain dan mendobrak batasan-batasan,” ujarnya.

Lalu Retno menambangkan, sebagai Menlu, tiga prioritas utama yang kami pikirkan, pertama kerjasama, kedua kerjasama, dan ketiga kerjasama. Dukungan Kementerian Luar Negeri dalam kegiatan ini tidak untuk mendefinisikan lagi apa itu ekonomi kreatif tetapi untuk berbagi ide, untuk berkolaborasi dan membantu peningkatan ekonomi kreatif global, kolaborasi global yang dibutuhkan untuk pencapaian SDGs, dan kesejahteraan semua masyarakat.

“Prinsip bahwa tidak ada satu orang pun yang tinggal di belakang,” ujar Retno.

Penampilan pembukaan WCCE, telah memantik para peserta untuk saling berkolaborasi membangun ekonomi kreatif secara global.

WCCE merupakan konferensi tentang ekonomi kreatif pertama di dunia yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) pada 6-8 November 2018. Event ini mengusung tema Inclusively Creative dengan mengangkat lima isu utama, yakni kohesi sosial, regulasi, pemasaran, ekosistem, dan pembiayaan industri kreatif.

Kegiatan tersebut diikuti perwakilan lebih dari 30 negara dan 1.500 peserta ini. Event ini akan merumuskan Deklarasi Bali yang nantinya diusulkan ke Sidang Umum PBB di tahun depan. Hal ini diharapkan semakin menguatkan ekosistem dan mendukung perkembangan ekonomi kreatif dunia yang telah memasuki era 4.0. (Bekraf)