BPPT Luncurkan Buku Outlook Energi Indonesia 2018

:


Oleh G. Suranto, Selasa, 25 September 2018 | 14:48 WIB - Redaktur: Juli - 488


Jakarta, InfoPublik - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) secara berkala menerbitkan Buku Outlook Energi Indonesia (BPPT-OEI). Deputi Pengkajian Kebijakan Teknologi (PKT) BPPT Gatot Dwianto menyampaikan, Buku OEI ini diterbitkan dengan mengangkat tema khusus sesuai permasalahan energi yang sedang mengemuka.

“Buku BPPT-OEI 2018, merupakan penerbitan yang ke sepuluh. Kali ini buku OEI mengambil tema Energi Berkelanjutan untuk Transportasi Darat,” kata Gatot pada acara peluncuran Buku OEI 2018 di Kantor BPPT, Jakarta, Selasa (25/9).

Disebutkan, dari buku ini disampaikan bahwa Indonesia sudah menjadi net importer (net importer, impor lebih besar dari ekspor) Crude Oil (Minyak Mentah) tahun 2003, kemudian berdasarkan proyeksi BPPT (Outlook Energi Indonesia), Indonesia akan menjadi Net importer Gas Tahun 2028.

“Selanjutnya, Batubara yang selama ini menjadi andalan kita ternyata juga tidak bisa berumur panjang, karena diperkirakan di 2048 nanti kita berpotensi menjadi net importer batubara,” terangnya.

Disebutkan, ketersediaan energi fosil semakin berkurang dan diperkirakan akan segera habis. Hal ini akan menyebabkan tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan energi fosil dalam negeri dan jumlah impor sudah lebih besar dari jumlah ekspor, atau sering disebut net importir.

Indonesia sudah menjadi net importir minyak bumi sejak 2004. Bila jumlah cadangan tidak bertambah dan kebutuhan meningkat seperti dalam proyeksi maka pada 2028, Indonesia akan menjadi net importir gas bumi, dan 2032 menjadi net importir energi. Net importir batubara akan terjadi pada  2038 bila yang diperhitungkan cadangan terbukti dengan nilai kalor lebih dari 5.100 kkal/kg, dan mundur ke 2048 bila yang diperhitungkan cadangan total dengan nilai kalor lebih dari 5.100 kkal/kg.

“Sebagai solusi dibutuhkan penerapan teknologi energi terbarukan dan meningkatkan penggunaan energi yang efisien merupakan solusi untuk mengurangi ketergantungan penggunaan energi fosil,” ungkapnya.

Isi Buku Outlook Energi Indonesia 2018 tersebut antara lain salah satu komoditas energi yang perlu mendapat perhatian adalah bahan bakar minyak (BBM), khususnya untuk sektor transportasi. Lebih dari 94% penggunaan energi di sektor transportasi adalah BBM. Berbagai inovasi teknologi sudah diterapkan untuk perbaikan sistem transportasi yang bisa lebih menghemat penggunaan energi.

Opsi untuk penerapan inovasi dianalisis berdasarkan kasus untuk transportasi darat di Jabodetabek diantaranya adalah perpindahan Moda Transportasi, dari angkutan pribadi ke Bus Rapid Transit (BRT), Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT) dan Kereta Rel Listrik (KRL) atau Commuter Line (CL)

Kemudian, Substitusi Bahan Bakar Minyak (BBM), dengan listrik, bahan bakar gas (BBG), dan bahan bakar nabati (BBN). Peningkatan Efisiensi Energi, untuk mobil penumpang, sepeda motor, bus dan truk, serta Cummuter Line (CL).

“Dengan opsi-opsi tersebut dapat lebih menghemat BBM dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sehingga bisa meningkatkan ketahanan energi,” paparnya.

Disebutkan, secara umum, opsi lain yang prospektif untuk meningkatkan ketahanan energi dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber energi fosil adalah pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), karena pembangkit ini mampu menghasilkan listrik dengan skala sangat besar (GW).

Kemudian, penambahan kapasitas PLTU batubara di mulut tambang, karena setengah dari sumber daya batubara yang ada berkalori rendah (< 5100 kcal/kg). Batubara kalori rendah tidak ekonomis untuk ditransportasi.