Kementan Kenalkan Teknologi Padi untuk Tingkatkan Produktivitas di Musim Kering

:


Oleh Baheramsyah, Minggu, 9 September 2018 | 15:50 WIB - Redaktur: Juli - 1K


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pertanian (Kementan) telah memperkenalkan sejumlah teknologi padi yang berhasil meningkatkan produktivitas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Teknologi tersebut meliputi penggunaan varietas unggul baru Inpari 40, penerapan metode tanam jajar legowo, aplikasi pupuk biosilika, dan sistem pengairan basah kering.

Berkat teknologi tersebut, petani di Desa Banyu Urip, Kecamatan Praya Barat, Kab. Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) berhasil meningkatkan hasil panen meski sedang dilanda kekeringan. Produktivitas padi bahkan mencapai 6,5 juta ton per hektare.

"Di musim kering ini kami memperoleh padi enam ton lebih padahal biasanya cuma dapat empat sampai lima ton per hektar," ujar salah satu petani Saham dalam keterangan tertulis, Minggu (9/9/2018).

Hal tersebut ia sampaikan dalam kegiatan Panen dan Temu Lapang dengan tema "Kaji Terap Teknologi Budidaya Padi di Lahan Kering" yang digelar oleh Balitbangtan di Desa Banyu Urip, Kamis lalu.

Saham juga mengatakan teknologi yang diperkenalkan oleh Kementan berhasil meningkatkan produktivitas meskipun musim kering sedang melanda wilayahnya. Ia juga optimis pembinaan yang dilakukan oleh Balitbangtan dapat menjadi modal untuk kemandirian para petani.

"Beberapa teknologi seperti jenis padi, metode tanam, dan pupuk biosilika termasuk baru di sini. Tapi karena ada pembinaan dari Balitbangtan maka hasilnya pun maksimal," jelasnya.

Sementara itu, menurut peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB Ahmad Suryadi, masing-masing teknologi yang diterapkan memang memiliki kelebihan seperti Inpari 40. Varietas padi yang telah ditanam di lahan seluas 15 hektar ini mampu bertahan saat sawah mengalami kekeringan.

"Pada saat bunga padi mau keluar, saluran air di sini sempat rusak sehingga sawahnya kering. Tapi Inpari 40 ini masih bisa bertahan dibandingkan padi milik petani lain. Bahkan petani yang di ujung desa sana padinya kering," ujar Suryadi.

Selain Inpari 40, Suryadi pun menceritakan kelebihan sistem pengairan basah kering atau terbatas. Menurutnya, penerapan metode ini dapat menghemat air sebanyak 30 persen sehingga air hasil penghematan tersebut dapat dialihkan ke lahan kering lainnya.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Balai Besar Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) Balitbangtan Mastur juga meyakini paket teknologi tersebut dapat dikembangkan di NTB, khususnya Lombok Tengah yang merupakan salah satu daerah kering.

"Inpari 40 memiliki kelebihan ketahanan terhadap kekeringan dan produktivitas tinggi. Jika disinergikan dengan teknologi lain tentu akan lebih menguntungkan para petani," ujar Mastur.

Dalam kegiatan Panen dan Temu Lapang tersebut, BB Biogen juga sempat memberikan bantuan benih unggul kedelai Biosoy yang merupakan varietas kedelai unggul baru Balitbangtan dengan kelebihan seperti biji besar dan produktivitas tinggi. Mastur pun berharap benih tersebut dapat ditangkar dan dikembangkan di NTB, khususnya Lombok Tengah.