Stabilkan Harga Telur, Kementan Gelar Operasi Pasar

:


Oleh Baheramsyah, Kamis, 19 Juli 2018 | 17:22 WIB - Redaktur: Juli - 318


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga telur ayam ras yang saat ini tak kunjung turun dan masih berkisar antara Rp28.000-Rp30.000 per kilogram (kg).

"Operasi pasar dilakukan di 50 titik yang meliputi Toko Tani Indonesia (TTI) Center, 43 pasar dan 6 perumahan atau kelurahan di Jabodetabek dengan harga Rp19.500 per kg, sebagai upaya pemerintah menstabilkan harga telur," kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat melepas operasi Pasar telur ayam di TTI Center Pasar Minggu Jakarta, Kamis (19/7).

Kementan menyiapkan 100 truk pick up telur ayam atau sebanyak 100 ton yang diperoleh langsung dari produsen perusahaan ayam dan telur serta  peternak  dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Banten.

Operasi pasar ini juga digelar di sejumlah kota di seluruh Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan daerah  lainnya.

Mentan Amran menyatakan, operasi pasar ini akan digelar terus menerus hingga harga telur ayam kembali normal di kisaran Rp22 ribu per kg. Jika harga sudah turun, maka operasi pasar akan dihentikan guna melindungi peternak.

"Kita lanjutkan terus menerus sampai harga turun. Kalau harga sudah turun nanti kita rem, agar peternak tidak rugi," katanya.

Ia juga memgungkapkan, kondisi dua tahun lalu, saat itu harga telur hancur-hancuran, bahkan ada peternak yang gulung tikar. Tapi dua tahun terakhir, produksi telur bagus, harganya stabil, dan sudah menguntungkan.

"Salah satu penyebab tingginya harga telur adalah masalah rantai pasok. Hal ini menyebabkan harga di warung atau konsumen akhir menjadi melambung," ujar Mentan Amran.

Ia melanjutkan, harga di tingkat produsen hanya berkisar Rp18.000 per kg hingga Rp22.000 per kg. Bahkan, ketersediaan telur ayam  pada Januari hingga Juli 2018 surplus.

Berdasarkan perhitungan pemerintah, ketersediaan telur masih surplus. Bahkan pertama dalam sejarah Indonesia di 2018 ini, ekspor daging ayam dan telur tembus ke Jepang.

"Satu minggu terakhir ada kenaikan. Tapi belum seminggu harga turun kembali. Kita hitung-hitung masih surplus," ungkapnya.

Mentan Amran mengakui, memang ada permasalahan yang masih perlu diselesaikan bersama, yakni rantai pasok dan iklim tak menentu.

Sebelumnya, produsen memperkirakan harga telur ayam akan turun dalam waktu dekat. Saat ini harga telur ayam di tingkat peternak berada di kisaran Rp21 ribu-Rp 22 ribu per kg.

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional Feri mengungkapkan, produksi telur secara nasional mencapai 6.800 ton per hari. Namun saat ini tengah mengalami penurunan sekitar 20 persen.

"Sekarang turun 20 persen, dan 5 -10 persen di antaranya karena penyakit, selebihnya karena afkir yang normal jelang Lebaran. Itu kita potong karena karakteristik ayam petelur yang dagingnya keras dan dicari untuk opor, pasti carinya ayam petelur atau ayam kampung. Jadi setiap tahun jelang Lebaran pasti afkir," ujarnya.

Feri mengungkapkan, saat Lebaran, biasanya harga telur di tingkat produsen bisa mencapai Rp25 ribu per kg. Sehingga sampai ke tangan konsumen bisa menembus angkaRp 30 ribu per kg.

"Itu tergantung kondisi, tapi biasanya tiap jelang lebaran itu siklusnya. Sekitar Rp25 ribu per kg. Itu di on farm, di konsumen Rp 30ribuan per kg," kata dia.

Namun demikian lanjutnya, sebenarnya saat ini harga telur di tingkat produsen sudah relatif turun. Namun penurunan harga di tingkat pedagang masih dinilai masih membutuhkan waktu.

"Sudah turun. Harga farm dan harga eceran itu beda. Kita bicara harga farm. Kalau farm sudah turun tapi kalau ecer pasti turunnya butuh waktu bertahap. Di peternak Rp21- 23 ribu," pungkasnya.