UE Tunda Larangan CPO, Mentan Akan Perbaiki Sistem Tanaman Sawit Indonesia

:


Oleh Baheramsyah, Jumat, 22 Juni 2018 | 15:49 WIB - Redaktur: Juli - 698


Jakarta, InfoPublik -  Trilog Uni Eropa (UE) antara Komisi Eropa, Dewan Eropa, dan Parlemen Eropa (UE Directive) menunda keputusan  larangan penggunaan bahan bakar nabati (biofuel) berbasis minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari tahun 2021 menjadi minimal 2030.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menilai hal ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk memperbaiki sistem penanaman sawit agar lebih ramah lingkungan.

"Ini kesempatan kita untuk memperbaiki, kesempatan kita untuk melakukan yang terbaik kedepan, khususnya pendekatan kita harus berorientasi pada lingkungan," jelas Amran di sela halal bihalal dengan seluruh jajaran karyawan Kementerian Pertanian, Jumat (22/06).

Selain itu, lanjutnya, salah satu upaya melobi Eropa untuk mencabut larangan tersebut adalah meningkatkan produktivitas sawit Indonesia.

"Pasti produktivitas harus ditingkatkan. Doakan bisa lebih besar. Kemarin kan produksi meningkat di atas 10 persen, ini Insya Allah kita tingkatkan terus, tapi tetap harus ramah lingkungan," tegasnya.

Sementara Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Bambang menegaskan, pihaknya akan melakukan berbagai upaya untuk menjamin industri sawit yang ramah lingkungan.

"Kita jamin tidak ada yang bersinggungan dengan kawasan lindung, tidak ada yang statusnya ridak jelas, kebun rakyat yang belum bersertifikat kita berikan, kebun yang bermasalah dengan kawasan kita minta pelepasan kawasan, kalau memang masuk kawasan Taman Nasional dikembalikan fungsinya dan cari lahan pengganti," paparnya.

Terkait produktivitas sawit, dia menyebutkan setidaknya terdapat 20 juta hektare lahan sawit yang bisa ditingkatkan produktivitasnya menjadi 7-10 ton per hektare setara CPO.

"Kita tingkatkan produktivitas 20 juta hektare lahan sawit. Sekarang lahan sawit ada 14 juta hektare, ada areal yang belum terdaftar, jadi kalau ada peningkatan luasan itu bukan perluasan baru. Dari 20 juta hektare ini kita tingkatkan produktivitasnya dari sekarang sekitar 3-3,9 ton per hektare setara CPO menjadi 7-10 ton per hektare. Sehingga tanpa memperluas areal bisa memnuhi kebutuhan minyak dunia," jelasnya.