Penandatanganan Head of Agreement Hilirisasi Batubara Dukung Ketahanan Energi Nasional

:


Oleh Wawan Budiyanto, Minggu, 10 Desember 2017 | 14:46 WIB - Redaktur: Juli - 460


Jakarta, InfoPublik - Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Elia Massa Manik menegaskan bahwa kerja sama PT Pertamina (Persero) dengan PT Bukit Asam Tbk, PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk adalah langkah strategis bagi semua pihak, untuk kepentingan ketahanan energi nasional, dalam pemanfaatan dimerhyl ether (DME) sebagai bahan bakar, serta pengembangan bisnis petrokimia hasil olahan dari batubara.

“Kita akan memanfaatkan sumber daya di dalam negeri yang belum termanfaatkan berupa low rank coal yang ketersediaannya sangat melimpah hingga 50 tahun ke depan,” kata Massa dalam keterangannya yang diterima Infopublik, Sabtu (9/12).

Senada dengan Elia Massa Manik, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat mengatakan adanya kerjasama ini diharapkan memberikan hasil terbaik dalam rangka sinergi antar BUMN, serta berharap batubara yang dimanfaatkan dapat digunakan menjadi bahan baku urea.

“Melalui kerja sama ini, industri pupuk berharap dapat memanfaatkan batubara sebagai pengganti gas dan bahan baku pupuk urea,” tegasnnya.

Sementara, Presiden Direktur PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Erwin Ciputra menambahkan Polypropylene berbasis batubara ini dapat membantu Indonesia dalam memenuhi kebutuhan Polypropylene domestik.

“Saat ini, produksi Polypropylene belum mencukupi kebutuhan dalam negeri sehingga kerjasama ini akan mengurangi impor yang jumlahnya masih besar dan terus meningkat,” tambahnya.

Adanya kerja sama Bukit Asam dengan Pertamina, Pupuk Indonesia dan Chandra Asri Petrochemical merupakan salah satu bentuk implementasi PP no. 1 tahun 2017 tentang Hilirisasi Mineral dan Batubara, serta Kepmen ESDM no. 2183 K/30/MEM 2017 tentang Penetapan Kebutuhan dan Presentasi Minimal Penjualan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri.

Diharapkan dengan kerja sama ini dapat memberikan nilai tambah batubara sehingga batubara tidak hanya dijual sebagai produk akhir, tetapi dijadikan sebagai bahan baku. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan sinergi antar BUMN, dan mampu menciptakan efisiensi dalam industri batubara, gas, pupuk dan kimia.

PT Bukit Asam Tbk menandatangani Head of Agreement Hilirisasi Batubara dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk pada 8 Desember 2017 di Jakarta.

Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat, dan Presiden Direktur PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Erwin Ciputra, dengan disaksikan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno.

Melalui penandatanganan ini, batubara dari PT Bukit Asam Tbk nantinya akan diubah melalui teknologi gasifikasi menjadi produk akhir yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Melalui teknologi gasifikasi ini dimungkinkan mengkonversi batubara muda menjadi Syngas yang merupakan bahan baku untuk proses lebih lanjut, yaitu menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, SynGest sebagai bahan baku urea, dan Polypropylene sebagai bahan baku plastik.

“Kami ingin menciptakan nilai tambah, mentransformasi batubara menjadi ke arah hilir dengan teknologi gasifikasi, dengan menciptakan produk akhir yang memiliki kesempatan nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan sekadar produk batubara. Dengan demikian, hal ini diharapkan akan semakin menguntungkan perusahaan,” terang Arviyan.

Usai penandatanganan perjanjian ini, Bukit Asam bersama Pertamina, Pupuk Indonesia, dan Chandra Asri Petrochemical akan mempersiapkan pelaksanaan studi kelayakan, Amdal, dan persiapan pendanaan untuk selanjutnya melakukan proses pengadaan Engineering Procurement Construction (EPC).

Untuk menunjang kerja sama ini, akan dibangun pabrik pengolahan gasifikasi batubara pada Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) yang berada di mulut tambang batubara Tanjung Enim, Sumatera Selatan. BACBIE akan berada pada satu lokasi yang sama dengan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8.

Pembangunan pabrik pengolahan gasifikasi batubara sendiri direncakanan mulai beroperasi pada November 2022. Diharapkan produksi dapat memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500 ribu ton urea per tahun, 400 ribu ton DME per tahun dan 450 ribu Polypropylene per tahun. Dengan target pemenuhan kebutuhan sebesar itu, diperkirakan kebutuhan batubara sebagai bahan baku sebesar 5,5 juta ton per tahun.