Sarjana Perikanan dan Kelautan Diharapkan Mampu Menjawab Tantangan

:


Oleh Baheramsyah, Selasa, 2 Mei 2017 | 13:14 WIB - Redaktur: Elvira - 584


Jakarta, InfoPublik - Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto ,mengatakan, sarjana Perikanan dan Kelautan dituntut untuk lebih mampu memberikan kontribusi besar dalam menjawab tantangan pembangunan sektor kelautan dan perikanan ke depan. 

"Oleh karenanya, profesionalisme menjadi hal mutlak yang harus dimiliki setiap lulusan. Dengan profesionalisme, lulusan kelautan dan perikanan dituntut untuk memiliki problem solving atas persoalan yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan," kata Slamet dalam keterangan tertulis, Senin (1/5).

Menurut Slamet, kelautan dan perikanan sebagai basis utama sumber daya ekonomi maritim dengan potensi nilai ekonomi mencapai USD1,2 trilliun per tahun, merupakan peluang besar yang dapat dimanfaatkan negara Indonesia secara optimal.

Oleh karenanya, peran Perguruan Tinggi menjadi sangat penting dalam menciptakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang inovatif, dan mencetak lulusan bidang perikanan dan kelautan yang profesional dan berdaya saing.

Sektor Kelautan dan Perikanan secara nasional diharapkan akan  memberikan kontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Tahun 2019 PDB perikanan diproyeksikan memberikan share sebesar 12 persen terhadap PDB Nasional.

Menurut Slamet, IPTEK harus mampu menjawab tantangan besar ke depan dengan meningkatan produksi secara berkelanjutan di tengah perubahan iklim global. Caranya dengan mencetak sumberdaya manusia yang kuat dan mandiri.

Terkait ketahanan pangan, Organisasi Pangan dan Pertanian (Food And Agriculture Organization/FAO) memprediksi pada tahun 2030 tingkat konsumsi ikan dunia per kapita akan mencapai sebesar 22,5 ton per tahun.  Nilai ini diperkirakan akan memacu peningkatan produksi perikanan budidaya sebesar 172 juta ton, atau naik 15 persen dari rata-rata kebutuhan pada kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2011. 

Menyikapi hal tersebut, KKP saat ini lebih menekankan pada pola pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan khususnya perikanan budidaya secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.

“Ini PR kita bagaimana secara bersama-sama memberikan solusi dan langkah nyata dalam menghadapi peluang sekaligus tantangan ke depan,” Imbuh Slamet.

Menariknya menurut Slamet, saat ini, subjek Kelautan dan Perikanan tetap menjanjikan. Dalam lima tahun terakhir, kebutuhan sarjana yang ahli dalam bidang kelautan dan perikanan meningkat tajam, namun lulusan masih minim.

Kebutuhan SDM tersebut antara lain untuk mengeksplorasi sumber daya kelautan dan perikanan termasuk dalam bidang pengolahan hasil perikanan. Pada subsektor perikanan budidaya misalnya, saat ini pemanfaatan potensi baru sekitar 1,3 juta ha atau sekitar 7,41% dari total potensi seluas 17,8 juta ha.

Ditambah lagi Indonesia memiliki keragaman spesies ikan yang tinggi (45% spesies ikan dunia), di samping anugerah iklim tropis yang memungkinkan usaha budidaya ikan dapat dilakukan sepanjang tahun.
 

Subsektor perikanan budidaya juga memiliki peran penting dalam menurunkan angka gini rasio, ketimpangan ekonomi yang terjadi karena minimnya distribusi pendapatan khususnya bagi masyarakat di perdesaan.

Oleh karena itu, perikanan budidaya sebagai sektor yang berbasis sumberdaya sangat potensial untuk menciptakan usaha-usaha di bidang perikanan budidaya.

"Lulusan sarjana perikanan dan kelautan tidak harus bekerja di perusahaan atau menjadi PNS. Yang dibutuhkan justru mencetak lebih banyak lagi wirausahawan muda, khususnya yang bergerak dalam sektor rill seperti kelautan dan perikanan," pungkasnya.