Kawasan Industri Tanah Kuning Diusulkan Masuk PSN

:


Oleh Wawan Budiyanto, Kamis, 9 Maret 2017 | 11:25 WIB - Redaktur: Juli - 658


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Perindustrian mengusulkan kawasan industri Tanah Kuning, Kalimantan Utara (Kaltara) ditetapkan sebagai proyek strategis nasional (PSN) karena memiliki potensi untuk pengembangan industri pengolahan mineral, kelapa sawit, kakao, dan perikanan.

“Kami mendorong percepatan pembangunan kawasan industri Tanah Kuning, Kaltara. Apalagi Kaltara termasuk ke dalam wilayah pengembangan industri di dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Kaltara Investment Forum 2017 di Jakarta, Rabu (8/3).

Menurut Menperin, lokasi Kaltara cukup strategis karena terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II) yang merupakan lintasan laut perdagangan internasional serta berada pada kawasan pusat ekonomi dunia masa depan atau pacific rim dan langsung berhadapan dengan negara tetangga.

“Provinsi ini berada di jantungnya pasifik ke arah kanan, di mana 70 persen market ke arah situ baik yang ke Asia utara maupun ke Amerika, jadi lebih dekat. Artinya satu jalur pasifik,” katanya.

Pengembangan kawasan industri Tanah Kuning yang ditargetkan menyerap tenaga kerja sebanyak 60 ribu orang, akan didukung dengan pembangunan infrastruktur memadai seperti pelabuhan internasional, jalan, jembatan, dan bandara.

Selain itu, adanya rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas 6600 mega watt di Kecamatan Long Peso, Kabupaten Bulungan dengan nilai investasi sekitar Rp170 triliun.

“PLTA tersebut akan selesai dibangun pada tahun 2020, direncanakan menjadi yang terbesar di Indonesia dan bisa memenuhi suplai listrik untuk seluruh pulau Kalimantan,” ujarnya.

Ia juga mengungkapkan, kawasan industri Tanah Kuning yang berada di Kecamatan Tanjung Palas Timur memiliki luas sekitar 10 ribu hektare tepatnya pada zona industri dan pusat kota Kabupaten Bulungan dan memiliki beragam potensi sumber daya alam yang cukup melimpah khususnya energi terbarukan.

Untuk mineral dan energi, antara lain ada batu gamping (654 ribu ton di Malinau), pasir kuarsa (1 miliar ton di Nunukan), Sirtu (2,5 juta ton di Nunukan), batu bara (970 juta m3/tahun), dan emas. 

Untuk potensi perkebunan, meliputi kelapa sawit, karet, kakao, kopi, tebu, kapas, tembakau, jagung, dan padi.

Sebelumnya, Menperin meminta PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) untuk menambah investasi ke Kaltara karena potensi aluminium di daerah tersebut cukup besar. Di samping itu, ekspansi dilakukan untuk mendekati sumber energi, yakni PLTA di Kaltara.

“Selama ini, Inalum bisa survive karena untuk energy cost dapat harga murah. Di dalam perusahaan ada pembangkit listrik besar, yang harganya sekitar tiga sen dolar AS," tuturnya.

Seperti diketahui, Inalum merupakan salah satu perusahaan yang kembali berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) setelah sebelumnya dikuasai Jepang. Dalam proyek kerja sama Indonesia-Jepang, Inalum mengembangkan PLTA di Kabupaten Toba Samosir dan pabrik peleburan aluminium di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.

Menperin juga memastikan, hilirisasi dapat cepat tercapai jika industri mendapatkan harga energi murah, khususnya listrik dan gas. Pasalnya, industri merupakan sektor lahap energi baik untuk bahan bakar maupun produksi. 

“Mendapatkan harga murah, juga karena dekat sumber energi,” ujarnya.