Sinar Matahari Jadi Alternatif Sumber Listrik Di Daerah Terpencil

:


Oleh Wawan Budiyanto, Jumat, 25 November 2016 | 09:44 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 765


Jakarta, InfoPublik - Penggunaan sinar matahari sebagai sumber energi dapat menjadi solusi, khususnya bagi daerah pedalaman yang masih mengalami kesulitan listrik.

“Sangat memungkinkan sinar matahari dari panel surya dapat menjadi sumber energi untuk listrik, karena daerah-daerah terpencil belum seluruhnya tersentuh oleh jaringan PLN, yang mana panel surya menjadi solusi yang bagus karena teknologinya berkembang terus sehingga diharapkan harganya pun akan semakin terjangkau,” kata Ngakan Timur Antara, Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Penguatan Struktur Industri, Kamis (24/11).

Ngakan, yang juga Ketua Umum Konsorsium Kemandirian Industri Fotovoltaik Nasional (KKIFN), menjelaskan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang merupakan amanat dari Undang Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, menyebutkan bahwa industri pembangkit energi termasuk adalah industri modul surya diposisikan sebagai sektor prioritas yang perlu didorong pengembangannya hingga tahun 2035.

“Dalam RIPIN tersebut, dinyatakan bahwa fasilitasi pendirian pabrik yang mengolah material menjadi komponen pembangkit listrik tenaga surya dan fasilitasi alih teknologi industri sel surya adalah bagian dari program pengembangan industri prioritas yang dilaksanakan bersama oleh Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, dan swasta,” tambahnya.

Menurutnya mengurangi pemakaian energi berbasis fosil serta melakukan proses kegiatan baik dalam transportasi maupun produksi yang lebih efisien sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca merupakan langkah positif dalam melindungi bumi dari pemanasan global serta mengurangi penderitaan umat manusia akibat kekurangan pangan.

“Komitmen Pemerintah dalam mengurangi penggunaan energi fosil tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dimana pemerintah menyusun arah kebijakan dan strategi untuk meningkatkan peran energi baru terbarukan dalam bauran energi,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Teknologi Konversi Energi BPPT Andhika Prastawa mengatakan, upaya mendorong kemandirian energi akan mampu menggerakkan sektor-sektor ekonomi strategis termasuk industri domestik. 

“Karena industri sebagai salah satu kontributor utama yang memberikan efek positif bagi penciptaan nilai tambah, transfer teknologi, dan penciptaan lapangan kerja baru,” ujarnya.

Menurut Andhika, BPPT bertugas melakukan pengkajian dan penerapan teknologi mulai hulu sampai hilir. “Kami akan memberikan rekomendasi pemilihan teknologi, delivery, serta upaya-upaya teknis,” tuturnya.

Pihaknya mendukung penerapan teknologi fotovoltaik sebagai pengganti pembangkit listrik di daerah-daerah, terutama yang tidak mempunyai sumber energi lain. 

“Dengan sistem hybrid Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan energi terbarukan akan memberikan manfaat positif untuk daerah, selain juga memberikan peluang pasar bagi industri fotovoltaik di Indonesia,” katanya.

Saat ini PLN memiliki 4.700 unit PLTD terisolasi dengan kapasitas 987.000 KW yang merupakan potensi pasar untuk pemanfaatan fotovoltaik sebagai substitusi atau pelengkap PLTD. 

“Peluang tumbuhnya industri fotovoltaik, mulai dari instalasi PLTS, pemeliharaan dan pengoperasian sistem PLTS, hingga menjadi stimulus tumbuhnya industri-industri utama di sektor hulu dalam mata rantai industri ini,” jelasnya.