BI: Fundamental Perekonomian Indonesia Cukup Baik

:


Oleh Amrln, Rabu, 16 November 2016 | 08:47 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 293


Jakarta, InfoPublik - Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moenter Bank Indonesia (BI) Juda Agung menyatakan kondisi perekonomian Indonesia saat ini keadaannya tidak terlalu buruk dan cukup baik secara fundamental.

"Memang kalau dibanding semester I, di semester II ini pertumbuhan masih lebih rendah, ini disebabkan karena dorongan fiskalnya berkurang akibat adanya berbagai konsolidasi dari kebjakan fiskal, tapi secara umum perekonomian masih cukup baik. Konsolidasi fiskal yang dilakukan pemerintah adalah langkah yang tepat dalam situasi kondisi global seperti sekarang ini," kata Juda dalam diskusi Economic Outlook 2017 di Jakarta, Selasa (15/11).

Selain itu, kata Juda, pada bulan Oktober ini, pertumbuhan ekonomi RI juga dalam keadaan yang positif. Kondisi tersebut terjadi karena volume ekspor manufaktur yang mengalami kenaikan. "Seperti (penjualan) kendaraan bermotor atau automotif, lalu makanan olahan, dan ketiga peralatan listrik," ujarnya.

Dari sisi otomotif sendiri, lanjut Juda, banyak di ekspor ke Filipina, dan Saudi Arabia, baru selanjutnya ke kawasan Asia Selatan seperti Sri Langka. "Jadi industri manufaktur tujuan ekspornya bukan hanya ke Amerika. Komoditas juga menyebar ke China dan India," jelasnya.

Untuk kalangan perbankan, lanut Juda, menjelang akhir tahun 2016, BI mengimbau supaya perbankan tidak perlu khawatir terhadap kondisi likuiditas yang saat ini mengalami kekurangan. Kekhawatiran perbankan tersebut merupakan bentuk trauma dari kondisi likuiditas akhir tahun lalu.

Untuk tahun ini, kata Juda, kondisi likuiditas akan lebih baik dari tahun lalu. Karena, saat ini dana perbankan yang di simpan si BI lebih tinggi dari tahun sebelumnya. "Kondisi tahun lalu ada memberikan trauma pada perbankan ketika likuiditas disedot menjelang Desember akhir. Kondisi sekarang agak beda. Oktober tahun lalu likuiditas di bawah Rp200 triliun, akhir Oktober 2016 sebesar Rp320 triliun," katanya.

Judi menjelaskan, kondisi fiskal di tahun 2016 ini lebih terjaga risikonya dibandingkan dengan tahun lalu. Itu lantaran kebijakan pemerintah terkait dengan adanya tax amnesty. "Bank nggak perlu khawatir dengan kondisi likuiditas sisa tahun ini. Ada beberapa bank yang mau naikkan suku bunga sebaiknya ditahan. Kondisi sekarang lebih baik," pungkasnya.