Mentan dan Gubernur Singgung Kriteria Pemimpin Perkebunan

:


Oleh Baheramsyah, Kamis, 14 April 2016 | 16:37 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 484


Jakarta, InfoPublik - Sudah bukan rahasia lagi, bahwa perkebunan turut menyumbang devisa terbesar di Indonesia, namun hampir seagian besar luas perkebunan dikuasai oleh petani. Untuk itu tidaklah berlebih jika komoditas perkebunan wajib dipimpin yang menganyomi petani.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengakui bahwa komoditas perkebunan sangatlah prospektif. Hal ini karena tidak hanya dikuasai oleh petani, tapi juga turut membuka lapangan pekerjaan dan pendorong ekonomi wilayah.

Terbukti, berdasarkan catatannya, tenaga kerja yang terserap di komoditas perkebunan mencapai hingga 22,7 juta, itu baru tingkat on farm (budidaya) belum ditingkat off farm seperti industri hilir yaitu pabrik dan sebagainya. Selain itu perkebunan juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perekonomian nasional.

“Hal ini ditunjukkan dengan devisa perkebunan tahun 2014 mencapai 321 triliun atau sekitar 15 persen dari APBN 2014,” ucap Menteri Amran di Jakarta, Kamis (14/4).

Sementara Gubernur Kalimantan Barat Cornelis mengingatkan, melihat perkembangan perkebunan di Indonesia cukup pesat, tidak jarang pihak asing merasa ikut berkepentingan terhadap sektor tersebut. Bahkan saat ini telah terjadi pertarungan dengan berbagai kepentingan seperti perusahaan besar, LSM, petani dan tidak jarang berakhir pada eksploitasi pihak yang paling lemah yakni petani. 

Alhasil saat ini diberbagai daerah termasuk juga di Kementerian Pertanian tengah mencari sosok pemimpin perkebunan yang dapat menarik lokomotif yang besar. Tentu harapannya ke depannya sektor ini perlu dipimpin oleh pemimpin yang kuat.

“Kami mengharapkan pemimpin perkebunan ke depan memiliki keperdulian terhadap komoditas rakyat. Dengan adanya perusahaan besar yang menguasai  komoditas tertentu seperti kelapa sawit bisa saja pemimpin mendatang secara pragmatis menghabiskan energi untuk memikirkan komoditas tersebut,” kata Cornelis.

Melihat hal itu, Gubernur Lampung Ridho Ficardo, berharap pemimpin perkebunan ke depan adalah yang memiliki kreativitas dan visi yang jauh ke depan. “Saya orang muda tentu saja saya berharap pemimpin perkebunan orang yang berjiwa muda, sehingga ia mampu berpikir out of box, penuh  kreativitas namun tidak arogan,” tambah Ridho.

Lalu menurut, Gubernur Nusa Tenggara Timur, Frans Lebu Raya pemimpin perkebunan kedepan adalah yang punya pengalaman daerah. “Setidaknya yang saya pahami pemimpin hebat di perkebunan adalah yang punya pengalaman lapangan yang mumpuni. Karena mereka tidak hanya sekedar tahu tapi juga memahami dan mengalami masalah yang dihadapi di lapangan. Sehingga kebijakan yang nantinya dihasilnya aplikatif dan tidak ‘masuk angina,” ungkap Gubernur Frans.

Sementara Gubernur Papua, Lukas Enembe berharap pemimpin perkebunan ke depan memiliki keperdulian terhadap pemberdayaan petani. Pemimpin tersebut harus punya pandangan dan konsep terkait kelembagaan petani. Hanya dengan demikian petani dapat mandiri dan memiliki daya untuk menghadapi persaingan pasar.

“Jadi pemimpin perkebunan juga harus peduli dengan tanaman rakyat seperti kakao, kopi, cengkeh, pala dan jangan yang berorientasi perusahaan besar,” tambah Lukas.

Lukas pun menegaskan untuk mencari tipe pemimpin seperti itu tidaklah semudah membalikan tangan. Namun tetap saja perkebunan harus dipimpin orang yang mendekati harapan tersebut, dan harus didasarkan pada pengalaman, track record, punya pengalaman, kreatif dan prestasi di lapangan.

“Jadi pemimpin perkebunan harus mempunyai konsep kelembagaan untuk petani. hal ini mengingat sebagian besar lahan perkebunan dikuasai oleh petani,” pungkas Lukas.