2016, Bahan Baku Pakan 100 Persen Dari Lokal

:


Oleh Baheramsyah, Kamis, 14 April 2016 | 15:05 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 661


Jakarta,InfoPublik - Kementerian Pertanian,  melalui program upaya khusus, menempatkan jagung sebagai komoditas pangan strategis guna meningkatkan produksi petani. Hasilnya, produksi jagung di tahun 2015 mencapai 19,83 juta ton atau naik 4,34 persen dari tahun 2014.

Di tahun 2016, Kementan menargetkan produksi jagung sebesar 21,53 juta ton. Besarya produksi tersebut, agar dapat memenuhi sendiri kebutuhan jagung domestik khususnya untuk industri pakan ternak.

Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Suwandi menuturkan, data survei pada Juni 2014 hingga Mei 2015, menunjukkan industri pakan ternak di Provinsi Banten, Sumatera Barat, Jawa Barat, Sumatera Utara,dan Kalimantan Barat, menunjukan kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan dipenuhi dari impor lebih dari 50 persen dan sisanya dari jagung lokal. Sementara Industri pakan di Lampung dan Jawa Timur penggunaan bahan baku jagung impor sudah rendah yaitu dibawah 48 persen. “Sedangkan industri pakan ternak di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan, seluruh bahan baku sudah 100 persen diperoleh dari jagung lokal,” kata Suwandi, Kamis (14/4).

Menurut Suwandi, sebenarnya industri pakan berminat membeli jagung lokal karena berbagai keunggulan, mutu dan lainnya. Pelaku industri pakan menginginkan agar, pertama, kontinuitas pasokan terjamin dan mengingat jagung tanaman musiman sehingga dibutuhkan alat pasca panen dan penyimpanan (silo).

Kedua, supaya jagung mudah tersedia agar dikembangkan di areal luas, ketiga, agar harga jagung lokal lebih kompetitif dan keempat, jagung lokal agar memenuhi standar industri misalnya kadar air sesuai dan lainnya.

“Kemudian kelima, industri pakan menginginkan agar ada perbaikan infrastruktur, pembiayaan petani, pola kemitraan dan lainnya dalam memudahkan mereka menyerap jagung petani,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaman mengatakan, Kementan sejak 2015 telah melakukan berbagai upaya sehingga tahun 2016 ini akan mampu menyediakan pasokan jagung yang dibutuhkan industri pakan 750.000 ton per bulan dan kebutuhan jagung nasional 1,55 juta ton per bulan. Melalui berbagai terobosan kegiatan, maka produksi 2016 akan mencukupi kebutuhan konsumsi dan bahkan neraca jagung 2016 diprediksi surplus 1,3 juta ton.

Menurut Amran, berbagai upaya yang telah dilakukan yakni, pertama, akselerasi produksi di wilayah potensial untuk substitusi impor jagung bagi pabrik pakan di wilayah Banten, Sumatera Barat, Jawa Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung.

Kedua, tetap meningkatkan produksi untuk memasok pabrik pakan di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan yang sudah 100 persen dari jagung lokal. Ketiga, meningkatkan produktivitas,efisiensi usahatani, mutu, kontinuitas dengan mekanisasi pertanian dan bantuan benih jagung gratis untuk 1,5 juta hektar.

Keempat, menata sistem distribusi dan logistik dari sentra produksi ke sentra pabrik pakan. Dalam hal ini, Badan Urusan Logistik (Bulog) berperan membeli jagung langsung di tingkat petani. “Kelima, mengendalikan impor jagung di tahun 2016 yakni maksimal 1 juta ton dan pelaksanaan impor jagung hanya dilakukan oleh Bulog,” terang Amran.

Amran menegaskan menegaskan, kebijakan dan kemudahan lainnya adalah pelaku industri pakan ternak diminta bekerja keras memproduksi jagung sendiri dan tidak mengandalkan jagung impor.  “Ini mengingat potensi lahan dan sumberdaya sangat luas, sehingga mampu memproduksi jagung sesusai kebutuhan industri pakan,” tegas Amran.

“Perlu diketahui, kami bersama instansi terkait telah menyediakan 500 ribu hektar lahan hutan dan 265 ribu hektar Perhutani serta memberi berbagai kemudahan bagi industri pakan ternak untuk membangun agribisnis jagung skala luas (corn estate) yang terintegrasi dan bermitra petani,” ungkap Amran.  

“Apabila areal tersebut dikembangkan jagung dapat menghasilkan minimal 3,0 juta ton jagung pertahun lebih dari cukup untuk industri pakan ternak. Ini merupakan solusi permanen dalam rangka pemenuhan kebutuhan pakan ternak,” pungkas Amran.

Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementan, panen raya jagung Maret 2016 menghasilkan lebih dari 5,2 juta ton dan April ini diperkirakan mencapai 2,0 juta ton jagung pipilan kering.