PP-IPTEK Selenggarakan Pengamatan Gerhana Matahari Cincin

:


Oleh G. Suranto, Jumat, 27 Desember 2019 | 15:50 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 673


Jakarta, InfoPublik - Pusat Peragaan Iptek (PP-IPTEK), Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) menyelenggarakan pengamatan   Gerhana Matahari Cincin, Kamis (26/12) berlokasi di Dak Atap Lantai 3 Gedung PP-IPTEK, area Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta yang dimulai dari pukul 10.30 hingga 14.30 WIB.

Sri Wahyu Cahya Ningsih, Staf Sub Divisi Program Sains menjelaskan, Gerhana Matahari merupakan fenomena alam yang terjadi setiap tahun, namun belum tentu fenomena ini melintas di wilayah yang sama setiap tahunnya.

Gerhana matahari terjadi ketika Matahari - Bulan - Bumi berada pada satu garis lurus. Namun kesegarisan ini tidak terjadi setiap saat, karena orbit Bumi mengelilingi Matahari tidak satu bidang dengan orbit Bulan mengelilingi Bumi, melainkan miring sekitar 5,1 derajat terhadap ekliptika atau bidang orbit bumi mengelilingi matahari. Karena kemiringan orbit Bulan inilah, gerhana Matahari hanya terjadi pada momen Matahari dekat dengan titik simpul orbit Bulan mengelilingi Bumi terhadap ekliptika. “Kita ingin memanfaatkan itu, dan mengajak masyarakat untuk belajar, apasih Gerhana Matahari itu. Ini bisa terjadi, kalau dari segi science-nya bagaimana. Itu tujuan kita, “kata Sri Wahyu pada acara Pengamatan Gerhana Matahari Cincin di PP-IPTEK, TMII, Jakarta, Kamis (26/12).

Disebutkan, tidak setiap fase bulan baru, bulan berada tepat sejajar dengan Bumi dan Matahari, oleh karena itu gerhana matahari hanya dapat dilihat oleh sebagian wilayah saja di penjuru dunia, contohnya Gerhana Matahari Total yang pernah terjadi 9 Maret 2016 yang hanya melintas dan dapat dilihat di wilayah Palembang, Bangka, Belitung, Sampit, Palangka Raya, Balikpapan, Palu, Poso, Luwuk, Ternate, dan Halmahera. Kemudian bagaimana dengan Gerhana Matahari Cincin ?

Sri Wahyu menjelaskan, Gerhana Matahari Cincin (GMC) terjadi ketika bulan berada segaris dengan bumi dan matahari, namun piringan bulan lebih kecil dari piringan matahari, sehingga piringan matahari tidak tertutup dengan sempurna. Hal inilah yang menyebabkan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengah dan terang di bagian pinggirnya.

Ia mengatakan, bahwa GMC akan melewati sebagian wilayah di Indonesia, Kamis (26/12)  diantaranya akan melintasi Padang Sidempuan, Duri, Batam, Siak, Karimunbesar, Tanjung Batu, Bintan, Tanjung Pinang, Singkawang, Pemangkas dan Sambas. Sementara itu, wilayah yang lainnya akan mengalami gerhana matahari sebagian (GMS).

“Di Jakarta Piringan matahari akan mencapai 72% dengan puncak gerhana yang akan terjadi sekitar pukul 12.36 WIB.  Fenomena gerhana matahari ini sangat langka untuk disaksikan di Indonesia, namun tidak dianjurkan langsung melihat matahari tanpa alat apa pun. Kegiatan pengamatan di PP-IPTEK akan menyediakan sebanyak 4 (empat) unit teleskop yang dilengkapi filter matahari dimana salah satunya dihubungkan dan ditampilkan ke televisi, yaitu teleskop tipe CPC 800, Coronado, Celestron Advance 6, dan Celestron Firstscope 114 EQ, “ terangnya.

Ia menambahkan, selama pengamatan menggunakan teleskop pengunjung juga dapat, menyaksikan live streaming munculnya GMC di wilayah-wilayah yang dilintasi, serta simulasi GMC di area Wahan Temporer PP-IPTEK di Lantai 1. Dalam pengamatan ini PP-IPTEK  menyediakan kacamata matahari dalam jumlah terbatas.