Isu Transformasi Digital Jadi Perhatian Pemimpin Negara G20

:


Oleh Wahyu Sudoyo, Rabu, 30 November 2022 | 12:09 WIB - Redaktur: Untung S - 572


Jakarta, InfoPublik - Pemimpin negara Anggota G20 turut memerhatikan isu transformasi digital, karena dibahas di banyak kelompok kerja (working group) G20, dan menjadi salah satu bahasan prioritas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi G20 Indonesia 2022 pada 15-16 November 2022 di Bali.

Demikian dikatakan Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Sekjen Kominfo), Mira Tayyiba, dalam Conference on Indonesian Foreign Policy 2022, di Jakarta, pada Sabtu (26/11/2022).

“Transformasi digital merupakan salah satu agenda prioritas Presidensi G20, isu digital itu sendiri sebetulnya dibahas di banyak working group, employment, bahas mengenai digital, pendidikan, kesehatan dan sebagainya,” ujar dia.

Forum diskusi tersebut turut dihadiri Menteri Kominfo Periode 2014-2019, Rudiantara, dan Senior Vice President of Data at Bukalapak, Bima Tjahja.

Sekjen Mira Tayyiba mengatakan, ada tiga isu prioritas transformasi digital yang jadi fokus pembahasan dalam Digital Economy Working Group (DEWG) G20, yaitu konektivitas dan pemulihan pascapandemi COVID-19, kecakapan dan literasi digital, serta arus data lintaas batas negara dan arus data bebas dengan kepercayaan (cross border data flow and data free flow with trust).

Dari tiga isu ini, isu digital literasi bisa dikatakan sebagai isu multilateral, karena semua negara anggota G20 merasa berkepentingan untuk mengangkat isu ini.

“Jadi tidak ada perdebatan (dalam pembahasannya di DEWG),” imbuhnya.

Isu konektivitas dan pemulihan pascapandemi COVID-19 disebut sebagai isu Kawasan, karena tidak semua negara G20 merupakan negara maju.

Menurutnya, G20 beranggotakan seluruh negara maju dalam G7 ditambah sejumlah negara berkembang seperti Afrika Selatan dan Brazil.

“Sebagian kelompok (negara maju) masih membicarakan mengenai konektivitas itu sendiri. Sementara untuk negara yang berkembang ketika kita sebut konektivitas, mereka berpikir tentang pemanfaatannya, di sini sudah mulai kelihatan ada perbedaan,” tutur dia.

Menurut Sekjen Mira Tayyiba, isu mengenai data di forum G20 dibagi dalam tiga mazhab. Pertama adalah mahzab Eropa yang lebih ke basis individu, Kedua, mazhab Amerika yang berbasis korporasi, dan ketiga yakni mazhab Tiongkok yang berbasis negara.

Untuk mencari titik temu tiga mahzab ini, DEWG G20 yang dipimpin Indonesia berhasil menciptakan suatu kesepakatan yang terkait dengan kesamaan nilai (common values).

“(dalam kesepakatan DEWG) Transfer of data itu harus dilakukan secara lawfulness (berdasarkan keabsahan), harus secara fairnes (berkeadilan) dan harus dilakukan secara transparan,” jelas Mira.

Lebih lanjut Sekjen Mira Tayyiba mengajak generasi muda yang hadir untuk tingkatkan kerjasama dan saling berkolaborasi dalam menjemput era baru transformasi digital dengan turut menjaga ruang digital yang bersih dan aman.

“Tolong sekali lagi jaga jempolnya masing-masing, jangan sampai ada kejadian apa-apa di medsosnya, karena jempolmu adalah harimau mu. Jadi, tolong kita jaga sama-sama ruang digital kita yang bersih, beretika dan bertanggungjawab,” tandasnya.

Foto: DRA/Humas Kominfo