Gelar Budaya Ruwatan Bumi, Anggota G20 Diajak Berdoa Bersama untuk Pemulihan

:


Oleh G. Suranto, Jumat, 16 September 2022 | 13:06 WIB - Redaktur: Untung S - 508


Jakarta, InfoPublik - Menutup rangkaian agenda G20 Bidang Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengajak para delegasi G20, negara tamu undangan, dan organisasi internasional untuk menyaksikan pagelaran seni budaya Ruwatan Bumi sebagai penggambaran pemulihan umat manusia dan semesta dari dampak pandemi.

Pagelaran itu merupakan puncak dari Festival Budaya Indonesia Bertutur serta Ruwatan Nusantara yang telah dilaksanakan selama tahun ini di berbagai penjuru tanah air.

Atraksi seni yang menggabungkan seni tradisi dan kontemporer itu melibatkan para pemimpin ritual, masyarakat adat, penari, musisi, serta lebih dari 100 pelantun vokal tradisional nusantara. Pementasan ritual Ruwatan Bumi ini bertempat di Taman Lumbini, kawasan Candi Borobudur yang merupakan salah satu warisan budaya terbesar peradaban saat ini.

“Intisari ritual Ruwatan Bumi ini adalah penyembuhan, refleksi dari pemulihan dari dampak pandemi global. Ritual ‘pemurnian’ melalui meruwat ini telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia yang mengajarkan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan penciptanya; selaras dengan tema Presidensi G20 bidang Kebudayaan, yakni Culture Path for Sustainable Living,” tutur Mendikbudristek Nadiem Makarim terkait kegiatan Ruwatan Nusantara serta Ruwatan Bumi sebagai acara puncaknya Selasa (13/9/2022) lalu.

Larut dalam lantunan doa dan dendang, Menteri Nadiem mengajak para delegasi, tamu undangan, juga masyarakat untuk merendahkan diri di hadapan alam dan kekuatan Sang Pencipta, serta menyelaraskan kehidupan dengan perasaan cinta dan kepedulian yang baru kepada kelestarian bumi dan ibu pertiwi.

Ruwatan Bumi merupakan rangkuman seluruh jiwa dan ekspresi Ruwatan Nusantara, diwujudkan dalam sebuah pertunjukan seni kontemporer yang melibatkan para tetua adat, 27 masyarakat adat, dan seniman dari berbagai daerah di Indonesia termasuk para seniman perempuan dari berbagai latar belakang, serta mengundang partisipasi musisi perwakilan negara-negara anggota G20.

Terdapat tiga hal yang hendak diangkat di dalam pertunjukan Ruwatan Bumi ini, antara lain: (1) Kebenaran Universal, Misteri, dan Refleksi, (2) Ritual dan Meditasi, dan (3) Kesinambungan Hidup. Ruwatan Bumi juga mempertunjukan indahnya keberagaman melalui keterlibatan pendendang dan musisi dari berbagai daerah bahkan negara anggota G20, termasuk para seniman perempuan dengan latar belakang budaya berbeda.

Melati Suryodarmo selaku Direktur Artistik Festival Indonesia Bertutur mengatakan, “Sebuah kehormatan bagi saya untuk dipercaya melaraskan dan mengharmonikan suara-suara dari seluruh nusantara yang membawa energi baik, untuk penyembuhan dan keberlangsungan hidup kita. Kami ingin Ruwatan Bumi dapat menjadi salah satu pemantik, supaya masyarakat di tanah air mulai kembali merefleksikan diri, mendekatkan diri dengan suara tradisi dan adat, juga dengan alam dan Tuhan.”

Sementara Ruwatan Nusantara yang sebagian besarnya sudah dilakukan sebelum Ruwatan Bumi merupakan nama program yang diberikan untuk beragam ritus pemulihan diri di seantero Indonesia. Ritus-ritus yang dibuat untuk membersihkan diri dari pengaruh hal-hal negatif, sekaligus memanjatkan syukur dan meminta keselamatan kepada Sang Pencipta ini biasanya diisi dengan upacara doa dan pertunjukan seni budaya. Tradisi ini juga menjadi pengingat dari masa lalu, bahwa ketidakselarasan hubungan dalam semesta dapat menimbulkan efek bencana seperti pandemi pada masa kini.

“Melalui Ruwatan Nusantara, kita bersama berdoa bagi bumi yang tengah mencoba sembuh dari pandemi COVID-19. Masyarakat adat dari Sumatera hingga Papua melaksanakan ritual spiritual ini sesuai adat istiadat dan bentuk seni lokal masing-masing dengan tujuan yang sama: melestarikan bumi,” ucap Menteri Nadiem, seperti dikutip dalam rilis Kemendikbudristtek di Jakarta, Jumat (16/9/2022).

Ia menambahkan bahwa per bulan Agustus telah digelar 20 ritual ruwatan dan jumlah tersebut akan terus bertambah hingga akhir tahun.

Menteri Nadiem juga menegaskan, bahwa dipilihnya Kawasan Candi Borobudur sebagai lokasi pagelaran bukan tanpa alasan. Wilayah Candi Borobudur ditetapkan sebagai lokasi puncak Pertemuan Menteri Kebudayaan G20 karena nilai sejarahnya. Restorasi Candi Borobudur beberapa dekade lalu merupakan bukti gotong royong berbagai bangsa dalam pemugaran situs budaya.

“Harapannya, semangat ini dapat menginspirasi negara-negara G20 untuk berkolaborasi, bekerja sama, dan memulihkan keadaan dunia saat ini akibat pandemi COVID-19,” tutup Menteri Nadiem.

Sumber Foto: Kemendikbudristek