:
Oleh Eko Budiono, Senin, 13 Desember 2021 | 17:34 WIB - Redaktur: Wawan Budiyanto - 140
Jakarta, InfoPublik - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengharapkan agar negara-negara G7 memberikan dukungan penuh pada presidensi Indonesia di G20.
Hal tersebut disampaikan Menlu Retno melalui keterangan tertulisnya, usai mengikuti pertemuan G7 secara virtual dari Jakarta, Minggu (12/12/2021).
G7 adalah organisasi antar pemerintah yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris Raya, dan Amerika Serikat.
“Saya menjelaskan mengenai prioritas keketuaan Indonesia, karena memang secara khusus Inggris meminta saya untuk menjelaskan prioritas keketuaan Indonesia di G20 yaitu: penguatan arsitektur kesehatan global, transisi energi dan transformasi digital. Dalam kaitan ini saya menyampaikan harapan agar negara-negara G7 memberikan dukungan penuh pada keketuaan Indonesia di G20,” ujar Menlu Retno.
Sedangkan terkait keamanan kesehatan global dan vaksin, Retno menyampaikan bahwa negara-negara kategori Advance Market Commitment (AMC) baru menerima 505 juta dosis atau 53 persen dari target 2021 sebesar 950 juta dosis.
“Ada tiga hal yang menjadi penyebabnya: kelangkaan suplai karena ketidaksetaraan akses terhadap produksi dan distribusi vaksin; kurangnya kapasitas penyerapan negara-negara penerima; dan masa kedaluwarsa vaksin yang singkat,” kata Menlu Retno.
Namun, berita baiknya adalah COVAX AMC telah berhasil mengumpulkan dana sebesar 10,9 miliar dolar AS (Rp155,9 triliun) atau 17 persen lebih banyak dibanding target 2021 yang sejumlah 9,3 miliar dolar AS (Rp133 triliun).
COVAX AMC adalah forum negara donor untuk pengadaan dan distribusi vaksin COVID-19 untuk 92 negara.
“Saya sampaikan apresiasi terhadap negara-negara G7 atas dukungan mereka terhadap pendanaan COVAX. Namun kita masih melihat adanya kesenjangan vaksinasi yang lebar antara negara maju dan negara berkembang,” ujar Menlu.
Persoalan tersebut harus diatasi dan G7 dapat memainkan peran penting untuk mempersempit kesenjangan tersebut, antara lain dengan memastikan kesetaraan akses dan memperkuat rantai pasok kesehatan global, termasuk melalui TRIPS waiver ( pembebasan dari perjanjian hak kekayaan intelektual) untuk mendukung produksi vaksin lokal dan solusi medis kritikal.
“Dalam jangka panjang, saya menyampaikan dua hal yang perlu menjadi fokus kita bersama. Pertama, memperkuat dukungan finansial terhadap kesiapsiagaan pandemi. Negara berkembang memerlukan dukungan finansial yang lebih berkelanjutan dan tidak sekedar ad-hoc. Isu ini juga menjadi salah satu prioritas presidensi Indonesia di G20,” kata dia.
Oleh karena itu Indonesia berharap agar G20 Joint Finance-Health Task Force atau Gugus Tugas Bersama Kesehatan dan Keuangan G20 dapat berhasil dalam menjajaki modalitas bagi terciptanya mekanisme dukungan yang lebih baik.
“Pada saat saya berbicara mengenai G20 Joint Finance-Health Task Force ini banyak sekali negara G7 yang memberikan dukungannya secara langsung.
Hal Kedua kerja sama long-term yang saya tekankan adalah pentingnya memastikan terbentuknya traktat pandemi yang baru. Dalam Sesi Khusus World Health Assembly beberapa waktu yang lalu, inisiatif ini memperoleh dukungan yang sangat luar biasa dan saya sampaikan harapan agar negara-negara ASEAN dan G7 dapat mendukung inisiatif ini,” ujar menlu.
(Foto: ANTARA)