Kementerian ESDM dan IRENA Sepakati Pengurangan Emisi

:


Oleh Eko Budiono, Kamis, 4 November 2021 | 13:46 WIB - Redaktur: Untung S - 393


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) menyepakati  kemitraan, dan kerja sama yang lebih intensif  dalam penerapan peta jalan pengurangan emisi.

Kesepakatan ini dituangkan dalam perjanjian kerja sama yang ditandatangani oleh Menteri ESDM, Arifin Tasrif, bersama Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera di sela agenda COP26 (Conference of the Parties ke-26) atau Pertemuan Para Pihak terkait Perubahan Iklim di Glasgow, Skotlandia, Kamis (4/11/2021).

Hal itu disampaikan Menteri ESDM Arifin melalui keterangan tertulis, Kamis (4/11/2021).

"Kami membutuhkan dukungan dari negara lain dan organisasi internasional dengan keahlian seperti IRENA, untuk mempersiapkan transisi energi Indonesia," kata Arifin.

Menurutnya, kerja sama ini akan semakin menguatkan target penurunan emisi gas rumah kaca nasional dan mendukung Presidensi G20 Indonesia pada 2022.

Pertumbuhan yang inklusif, pembangunan yang berpusat pada manusia, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan menjadi komitmen utama kepemimpinan Indonesia di Presidensi G20.

Forum kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia itu sepakat untuk menghentikan pendanaan batu bara luar negeri pada akhir tahun ini dan mengakui peran penetapan harga karbon.

Menurut Arifin, Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca 29 persen pada 2030 dan telah menetapkan target nol emisi pada 2060 atau lebih cepat dengan dukungan internasional.

Namun, ada banyak hal yang harus dilakukan di dalam negeri dalam hal kebijakan, teknologi, dan aliran keuangan.

Berdasarkan laporan Outlook Transisi Energi Dunia IRENA yang dirilis awal tahun ini, sebagian besar pengurangan emisi diperlukan dekade ini dan dapat dicapai melalui perpaduan teknologi yang ada.

“Indonesia adalah pemain kunci dalam mencapai target penurunan emisi. Kami berharap dapat bekerja sama untuk mengidentifikasi peta jalan nasional yang memberikan pertumbuhan ekonomi sekaligus menjawab tantangan perubahan iklim," kata Francesco.

Dia menuturkan ekonomi global utama dunia memiliki peran penting dalam mewujudkan ambisi nol emisi global, dan rencana jangka pendeknya dalam penggunaan teknologi energi terbarukan yang ada.

Namun, transisi energi bukan hal yang mudah sehingga membuat para pembuat kebijakan menghadapi beragam pilihan yang kompleks.

Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani ini, IRENA akan menyiapkan peta jalan transisi energi yang komprehensif, mengidentifikasi tindakan kebijakan utama, solusi teknologi dan program pengembangan industri untuk mencapai tujuan dan target energi terbarukan jangka menengah dan panjang, serta tujuan dekarbonisasi di Indonesia.

Kerja sama ini juga mencakup penilaian manfaat sosial ekonomi dari transisi energi dengan penekanan pada pembentukan rantai nilai baru, penciptaan dan peningkatan lapangan kerja.

Di bawah kemitraan ini, IRENA dan Indonesia akan bekerja sama dengan erat pada peta jalan ambisius baru yang sejalan dengan tujuan Paris Agreement untuk ekonomi global bersih pada 2050.

IRENA juga akan memfasilitasi akses ke pembiayaan iklim dan investasi dalam energi terbarukan melalui diskusi dan dialog tentang investasi yang tidak berisiko, pengembangan jaringan proyek, dukungan untuk persiapan proyek, termasuk melalui koalisi untuk akses energi berkelanjutan dan inisiatif platform investasi iklim.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan komitmen kuat Indonesia mencapai target netralitas karbon (net zero emission) pada 2060 atau lebih cepat dalam pertemuan COP ke-26 di Glasgow, Skotlandia.

Komitmen Indonesia untuk turut andil dalam menanggulangi perubahan iklim diperkuat dengan perumusan sejumlah kebijakan, khususnya di sektor energi.

Menurut Arifin, dikutip dari laman Kementerian ESDM, Selasa (2/11/2021), mengatakan persoalan lingkungan dan ketegasan menjalankan misi tersebut membutuhkan daya dukung transisi energi, sehingga membuka ruang pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) yang optimal.

"Transisi energi menuju net zero emission membutuhkan infrastruktur energi, teknologi, dan pembiayaan. Melalui peningkatan infrastruktur seperti interkoneksi jaringan, kita (Indonesia) berpeluang untuk mengoptimalkan pemanfaatan EBT," kata Arifin saat menyampaikan pandangannya pada Ministerial Talks dalam rangkaian agenda COP ke-26 di Paviliun Indonesia, Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11/2021).
 
(Foto: Kementerian ESDM)