:
Oleh H. A. Azwar, Selasa, 21 November 2017 | 12:35 WIB - Redaktur: Juli - 511
Jakarta, InfoPublik - Wilayah Indonesia rawan gempa, baik yang bersumber dari jalur pertemuan lempeng tektonik maupun dari jalur sesar di daratan.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho BMKG telah melaporkan kejadian gempa 5,3 SR dengan pusat gempa di laut pada kedalaman 15 kilometer di 52 kilometer barat laut Nias Utara Provinsi Sumatera Utara pada Selasa, 21 November 2017 pukul 06:41 WIB. "Gempa tidak berpotensi tsunami," ujar Sutopo, Selasa (21/11).
Posko BNPB, lanjut Sutopo, telah mengkonfirmasi dampak gempa ke BPBD Kabupaten Nias Utara. Gempa dirasakan lemah selama 3-4 detik di Kabupaten Nias Utara. Gempa juga dirasakan lemah selama 1 – 2 detik di Kabupaten Nias Barat dan gempa tidak dirasakan di Kota Gunung Sitoli. Aktivitas masyarakat normal. Tidak ada kerusakan dari dampak gempa.
Sementara itu, gempa 5,7 SR dengan pusat gempa di laut pada kedalaman 10 kilometer di 37 kilometer barat laut Pulau Morotai Provinsi Maluku Utara pada Sabtu, 18 November 2017 pukul 23:07 WIB ternyata memberikan dampak korban jiwa dan kerusakan bangunan.
BMKG telah melaporkan bahwa terus terjadi gempa susulan dengan intensitas gempa yang lebih kecil. BPBD Pulau Morotai telah melaporkan dampak gempa kepada Posko BNPB. Saat terjadi gempa, dirasakan kuat di wilayah Pulau Morotai selama 3-5 detik.
Saat bersamaan, gempa mengakibatkan lampu padam dan warga panik berhamburan keluar rumah. Gempa ini juga dirasakan kuat di wilayah Halmahera Utara selama 3-5 detik dan warga panik berhamburan keluar rumah. Dampak gempa merusak bangunan di 5 desa yaitu Desa Posi-Posi, Desa Leo-Leo Rao, Desa Aru Burung, Deaa Lou Madoro, Desa Saminya Mao dan Desa Waya Bula di Kecamatan Morotai Selatan Barat Kabupaten Pulau Morotai Provinsi Maluku Utara.
"Satu orang meninggal dunia dan 294 bangunan rusak akibat gempa bumi. Total kerusakan akibat gempa bumi, 160 rumah rusak berat, 11 rumah rusak sedang, 108 rumah rusak ringan, 1 pustu rusak berat, 12 gereja dan satu sekolah dasar rusak ringan," ungkap Sutopo.
Sebanyak 486 jiwa dari Desa Leoleo Rao, dan 75 kepala keluarga dari Desa Aru Burung, serta Lou Madoro saat ini telah diungsikan pemerintah daerah setempat ke tempat yang lebih aman. Di Desa Posiposi terdapat 2 rumah rusak berat, 2 rusak ringan, dan 3 rusak sedang.
Sementara, Desa Leoleo Rao sebanyak 56 rumah rusak berat dan 6 gereja rusak ringan. Juga di Desa Aru Burung ada 50 rumah rusak berat, 4 rusak ringan, dan 2 gereja rusak ringan, serta satu puskesmas pembantu (pustu) rusak berat. Sedangkan di Desa Lou Madoro terdapat 47 rumah rusak berat, 90 rumah rusak ringan, 3 gereja rusak ringan, 1 SD rusak ringan dan 1 pustu rusak ringan.
BPBD Kabupaten Morotai bersama Forkompimcam telah ke lokasi kejadian untuk melakukan evakuasi, monitoring serta pendataan. Dinas Kesehatan setempat memberikan bantuan medis kepada korban terdampak. Kebutuhan mendesak adalah kebutuhan dasar, family kits, speed boat besar untuk menjangkau daerah terdampak, radio komunikasi, dan tenda.
Masyarakat diimbau untuk tenang dan meningkatkan kewaspadaan dari ancaman gempa. Gempabumi tidak dapat diprediksi secara pasti. Gempa pasti terjadi tetapi kemampuan iptek saat ini belum mampu memprediksi gempa secara pasti kapan, di mana dan berapa besar kekuatan gempa.
"Jika ada berita atau informasi tentang akan terjadi gempa secara pasti di suatu daerah dan disertai foto-foto fenomena alam seperti ikan paus terdampar, tangkapan hasil ikan di laut melimpah dan lainnya. Itu tidak ada kaitan dengan gempa. Itu semua hoax. Jangan disebarluaskan. Hendaknya masyarakat mencari informasi ke BMKG sebagai lembaga yang kompeten dan berwenang menyampaikan kegempaan," ungkapnya.