Perpanjangan Status Siaga Darurat Gunung Agung Belum Diputuskan

:


Oleh Wandi, Jumat, 27 Oktober 2017 | 09:56 WIB - Redaktur: Juli - 324


Jakarta, InfoPublik - Badan Nasional Penanggulangan Bencana serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, bersama pemerintah setempat masih belum memutuskan ada tidaknya perpanjangan status siaga darurat bencana Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali.

Terkait hal itu, Pemerintah melakukan rapat koordinasi terkait  status kegawatan Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali. Rapat digelar di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman di Jakarta, Kamis (26/10) kemarin.

Menkomaritim Luhut Binsar Pandjaitan meminta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mengevaluasi kembali status Gunung Agung berdasar data-data kekinian. "Hal ini karena status awas Gunung Agung berimplikasi pada sektor pariwisata di Pulau Bali," demikian seperti yang dikutip dalam keterangan di Jakarta, Jumat (27/10).

Pemerintah Provinsi Bali juga menyakinkan berbagai pihak terkait keamanan pariwisata Bali meskipun Gunung Agung berstatus awas. Misalnya pada minggu ini Gubernur Bali Mangku Pastika menemui Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darusalam. Gubernur menegaskan kesiapannya menghadapi berbagai kemungkinan Gunung Agung dengan sistem manajemen bencana yang baik. 

Wilayah yang terdampak bencana berada dalam radius 12 km dari Gunung Agung, jadi banyak tempat wisata di Bali yang sangat aman oleh dampak bencana tersebut. Untuk itu Ia menjamin keamanan warga negara Uni Eropa yang bermukim ataupun berlibur di Bali.

Perkembangan Gunung Agung yang mengalami peningkatan aktivitas vulkanik selama beberapa bulan terakhir tidak memengaruhi penyelenggaraan Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) yang berlangsung di Ubud, Bali, pada 25-29 Oktober. Kegiatan yang dihadiri para penulis dari berbagai negara ini berlangsung dengan lancar. 

Badan Keamanan Laut (Bakamla) Republik Indonesia menyiagakan kapal patroli KN Gajah Laut-4804 untuk mengevakuasi warga melalui jalur laut. Terdapat dua jalur evakuasi alternatif yang telah disiapkan untuk mengevakuasi pengungsi Gunung Agung jika terjadi erupsi, yaitu dari Dermaga Tanah Ampo dan Padangbai menuju Lembar, Lombok dan Benoa Bali  dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. 

Sementara itu dari Angkatan Laut juga telah menyediakan satu kapal jenis LST (Landing Shif Tank) serta dua kapal laut jenis Landing Platform Dock (LPD) untuk membantu proses evakuasi  wisatawan jika diperlukan. Untuk kapal LST mempunyai  kapasitas 1000, sedangkan LPD kapasitasnya 1.500.

Terkait dengan banyaknya pengungsi yang dikabarkan kembali ke rumahnya yang berada di wilayah KRB pada beberapa hari terakhir ini, BNPB beserta aparat keamanan akan memberikan  surat pernyataan kesanggupan menanggung risiko secara pribadi jika terjadi sesuatu. 

Adapun pengamatan yang dilakukan pada Kamis (26/10)  pukul 18.00-24.00 WITA, Puncak gunung tampak jelas, tinggi asap solfatara putih agak tebal tekanan lemah  200 m, teramati baik dari lereng utara, timurlaut, selatan, dan baratdaya. Tanda-tanda erupsi belum tampak.  Terkait kegempaannya, Tremor Non Harmonik 1 kali, vulkanik dangkal 13 kali, vulkanik dalam 21 kali dan Tektonik Lokal 1 kali.