Karakter Beda, Penanganan Dampak Gunung Agung dan Sinabung juga Berbeda

:


Oleh H. A. Azwar, Kamis, 5 Oktober 2017 | 07:39 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 2K


Jakarta, InfoPublik - Ada ketidakpastian dari dua gunung api yang saat ini  dalam status Awas (level 4), yakni Gunung Agung tidak dapat diprediksikan kapan akan meletus, sedangkan Gunung Sinabung tidak dapat diprediksikan kapan akan berhenti meletus.

Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, itulah uniknya gunung api. "Setiap gunung api memiliki karakter berbeda-beda sehingga penanganan dampak yang ditimbulkan dari letusan gunung juga berbeda. Bahkan sosial dan budaya masyarakat yang terbentuk di tiap gunung pun berbeda. Ada kekhasan budaya masyarakat dalam memaknai dari gunungapi  di sekitarnya," ujar Sutopo, dalam keterangannya yang dikutip, Kamis (5/10).

Dari 127 gunung api aktif di Indonesia, saat ini ada dua gunung api status Awas (level 4)  dan 17 gunung api status Waspada (level 2). Dua gunung api berstatus Awas adalah Gunung Agung di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali yang naik status Awas sejak 22 September 2017, dan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara berstatus Awas sejak 2 Juni 2015.

Ada 13 persen populasi gunung api aktif di dunia terdapat di Indonesia dengan segala berkah dan musibah yang menyertai setiap letusannya.

Sutopo menjelaskan Gunung Agung hingga saat ini belum meletus. Kegempaan yang terjadi masih intensif dan mengalami fluktuatif. Tidak ada tanda-tanda aktivitas menurun. Gempa vulkanik yang sering terjadi menunjukkan ketidakstabilan aktivitas gunungapi.

Di kawah Gunung Agung sudah terbentuk rekahan dan keluar asap putih dengan tekanan lemah. Secara visual belum terlihat tanda-tanda Gunung Agung meletus. Tidak dapat dipastikan kapan akan meletus. Radius yang ditetapkan PVMBG untuk dikosongkan dari aktivitas masyarakat adalah di dalam radius 9 kilometer dan 12 kilometer di sektor utara-timur laut dan tenggara-selatan-barat daya, jelas Sutopo.

Sebaliknya dengan Gunung Sinabung, lanjut Sutopo. Sejak status Awas, hingga saat ini hampir setiap hari meletus. Letusan disertai dengan lava pijar, gempa guguran, awan panas dan hujan abu. “Tidak dapat diprediksikan kapan letusan Gunung Sinabung akan berhenti,” imbuh Sutopo.

Sebelumnya Gunung Sinabung tidak pernah meletus selama 1.200 tahun. Tahun 2010, tiba-tiba meletus freatik hingga tahun 2011. Berhenti sesaat, kemudian tahun 2013 meletus menerus hingga sekarang. Kawasan rawan bencana terus meluas dibandingkan dengan sebelumnya. Radius berbahaya untuk dikosongkan dari aktivitas masyarakat adalah di dalam radius 3 km dari puncak, dan dalam jarak 7 km untuk sektor selatan-tenggara, di dalam jarak 6 km untuk sektor tenggara-timur, serta di dalam jarak 4 km untuk sektor utara-timur Gunung Sinabung.