:
Oleh Gusti Andry, Jumat, 22 September 2017 | 11:00 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 454
Badung, InfoPublik - Jumlah pengungsi akibat erupsi Gunung Agung terus bertambah, terutama penduduk yang berada di Kawasan Rawan Bencana 3 (KRB 3), yakni enam desa di Kabupaten Karangasem, Bali.
Berdasarkan data-data yang diperoleh Tribun Bali, semantara ini, total jumlah pengungsi Gunung Agung sebanyak 4.750 jiwa, berasal dari enam desa yang berpenduduk 49.485 jiwa. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Jumat (22/9), mengatakan desa-desa itu adalah Jungutan Kecamatan Bebandem, Desa Buana Giri Kecamatan Bebandem, Desa Sebudi Kecamatan Selat, Desa Besakih Kecamatan Rendang, Desa Dukuh Kecamatan Kubu, dan Desa Ban Kecamatan Kubu.
Sedangkan di Kecamatan Klungkung, warga lereng Gunung yang mengungsi berasal dari Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Klungkung.
Total sampai sore Kamis (21/9), terdapat 404 pengungsi di Klungkung, yang sebagian terbesar ditampung di Pos Pengungsian GOR Swecapura Gelgel.
Di Karangasem, jumlah pengungsi yang ditampung di sejumlah tempat di sana sebanyak 3.819 jiwa. Di Tejakula (Kabupaten Buleleng), jumlah pengungsi dari Kubu dan Ban (Karangasem) yang ditampung sebanyak 527 jiwa.
Pendataan pengungsi, kata Sutopo, terus dilakukan dan jumlah mereka dipastikan bergerak naik. “Meskipun Bupati Karangasem belum memerintahkan secara resmi mengungsi, namun pengungsian banyak dilakukan secara mandiri oleh warga,” ujar Sutopo.
Sebagian besar warga mengungsi karena pengalaman masa lalu saat Gunung Agung meletus besar tahun 1963. Tanda-tanda yang mereka rasakan saat ini, yaitu gempa vulkanik yang sering terjadi.
Selain itu suhu makin terasa panas di lereng gunung bahkan pada malam hari. Mirip sekali dengan kejadian sebelum Gunung Agung meletus tahun 1963.
Sutopo mengakui, tidak mudah menangani pengungsi apalagi pengungsi dari erupsi gunung api yang jumlahnya besar. Serta tidak diketahui pasti sampai kapan harus mengungsi karena sangat tergantung dari waktu letusannya. Untuk saat ini, banyak tenda pengungsian didirikan. Walaupun begitu, menurut warga, mengungsi di banjar atau balai desa lebih nyaman daripada di tenda-tenda. Juga lebih nyaman mengungsi di rumah kerabat yang berada di wilayah aman.
Bandara Normal
Jadwal penerbangan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, tetap normal, meski status Gunung Agung sudah ditetapkan Siaga.
Pantauan TribunNews, Jumat (22/9), penerbangan dalam dan luar negeri masih sesuai jadwal. Pengelola bandara, Angkasa Pura II di Bali, tetap melakukan pengawasan terhadap kemungkinan adanya tumpukan abu vulkanik yang tidak terpantau satelit.
Sebelumnya, sejak Senin (18/9), status Gunung Agung di Bali naik dari Waspada menjadi Siaga. Status Siaga atau level tiga ini ditetapkan menyusul meningkatnya intensitas gempa vulkanik.Status Siaga Gunung Agung, Bali, membuat warga khawatir akan bahaya letusan yang setiap saat mengancam mereka.
Namun, suasana di pos pengungsian di Desa Suda, Kabupaten Karangasem, terlihat sepi di malam hari. Padahal lima pos pengungsian telah dibangun di Desa Suda. Pada malam hari, warga memilih meninggalkan rumah dan mengungsi ke rumah keluarga mereka.
Sementara di Buleleng, pemerintah Kabupaten Buleleng menetapkan empat desa di Kecamatan Tejakula sebagai titik evakuasi untuk pengungsi yang berada di kawasan rawan bencana Gunung Agung. Empat desa tersebut yakni Desa Tembok, Desa Sambirenteng, Desa Penuktukan, dan Desa Les.
Puluhan tenda pengungsian sudah dibangun di keempat desa. Selain itu, sejumlah gedung serbaguna hingga kantor kepala desa juga disiagakan sebagai tempat mengungsi.