:
Oleh H. A. Azwar, Sabtu, 22 Juli 2017 | 19:42 WIB - Redaktur: Juli - 262
Jakarta, InfoPublik - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat Gunung Sinabung di Kabupateng Karo, Sumatera Utara mengalami erupsi sebanyak sembilan kali dalam dua hari terakhir.
"Karena itu, masyarakat yang beraktivitas dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung juga diingatkan agar tetap waspada terhadap potensi bahaya lahar hujan," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutop Purwo Nugroho dalam pesan singkat di Jakarta, Sabtu (22/7).
Ia mengatakan, pada Kamis (20/7) terjadi dua kali, sedangkan pada Jumat (21/7) sebanyak tujuh kali. Pada Kamis tersebut, erupsi pertama terjadi pada pukul 17.46 WIB yang menyemburkan abu vulkanik setinggi 3.500 meter dan menimbulkan gempa erupsi selama 346 detik.
"Sedangkan erupsi kedua terjadi pada pukul 23.00 WIB yang juga mengeluarkan abu vulkanik dengan ketinggian kolom 3.500 meter dan gempa erupsi selama 357 detik," kata Sutopo.
Kemudian, lanjut Sutopo, pada Jumat terjadi erupsi pada pukul 09.55 WIB yang mengeluarkan abu vulkanik setinggi 1.300 meter dan gempa erupsi selama 249 detik. Selanjutnya, terjadi lagi erupsi pada pukul 10.17 WIB, pukul 11.03 WIB, pukul 17.31 WIB, pukul 17.54 WIB, pukul 19.59 WIB, pukul 23.08 WIB.
Menurut Sutopo, dari rangkaian kondisi itu, BNPB menyimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Sinabung masih tinggi dan masih diberlakukan Status "Awas".
"BNPB merekomendasikan agar masyarakat dan pengunjung tidak melakukan aktivitas di dalam radius tiga kilometer dari puncak, dalam jarak tujuh km untuk sektor selatan-tenggara, jarak enam km untuk sektor tenggara-timur, serta jarak empat km untuk sektor utara-timur," ujarnya.
Ditambahkannya, masyarakat yang beraktivitas dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung juga diingatkan agar tetap waspada terhadap potensi bahaya lahar hujan.
Kondisi itu karena telah terbentuk bendungan alam di hulu Sungai Laborus, maka penduduk yang bermukim dan beraktivitas di sekitar hilir daerah aliran sungai agar waspada karena bendungan itu sewaktu-waktu dapat jebol karena tidak kuat menahan volume air sehingga berpotensi mengakibatkan banjir lahar atau banjir bandang.