Ribuan Kepala Keluarga Terdampak Banjir Luapan Sungai Ciliwung

:


Oleh H. A. Azwar, Selasa, 28 Februari 2017 | 10:41 WIB - Redaktur: Juli - 624


Jakarta, InfoPublik - Naiknya debit Sungai Ciliwung di pintu Air Depok hingga level Siaga 3 pada Senin (27/2) sore telah menyebabkan permukiman di bantaran sungai tergenang banjir.

Meluapnya sungai Ciliwung mengakibatkan luapan sungai di Kelurahan Pejaten Timur Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan dan Kelurahan Cawang Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, berdasarkan data sementara yang dihimpun BPBD DKI Jakarta, terdapat 1.178 rumah tergenang banjir setinggi 10-60 centimeter.

“Sebanyak 1.178 KK atau 3.832 jiwa terdampak langsung luapan Sungai Ciliwung dimana permukimannya tergenang banjir,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Selasa (28/2).

Menurut Sutopo, genangan atau banjir di Kelurahan Pejaten Timur terdapat di RW 06, RW 07 dan RW 08 dengan tinggi banjir 30 – 70 centimeter sejak Senin (27/2) pukul 19.00 WIB. Sebanyak 20 KK mengungsi di ruko. Sebelumnya aparat Kelurahan Pejaten Timur telah memberitahukan kepada warga akan adanya luapan Sungai Ciliwung.

Sedangkan genangan atau banjir di Kelurahan Cawang merendam permukiman di RW 001, RW 002, RW 03, RW 05, dan RW 08 sejak Senin pukul 19.00 Wib. Sebanyak 1.178 KK (3.832 jiwa) terdampak langsung dari banjir setinggi 10 – 60 centimeter. Masyarakat tetap bertahan di rumahnya tidak mau mengungsi karena beranggapan sudah biasa mengalami banjir.

Sutopo menjelaskan, masyarakat di sekitar bantaran Sungai Ciliwung sudah memiliki daya antisipasi menghadapi banjir. Banjir bukan sesuatu hal yang baru karena setiap tahun mereka mengalami banjir sehingga mereka memiliki mekanisme untuk mengantisipasi banjir.

Saat terjadi kenaikan debit Sungai Ciliwing atau status Siaga naik, maka sistem peringatan dini disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai moda, seperti sms, whatsapp, kentongan, sirine atau pemberitahuan melalui masjid.

Sebelumnya, masyarakat juga sudah menempatkan perabotan rumah tangga dan barang-barang berharga di lantai dua, sedangkan lantai satu. “Sebagian besar masyarakat sulit diminta mengungsi, kecuali banjirnya tinggi dan membahayakan mereka akan mengungsi di tempat yang aman,” katanya.

Sutopo menyebut, belum selesainya normalisasi sungai Ciliwung menyebabkan genangan atau banjir masih sering terjadi saat ada kenaikan debit sungai. Sungai Ciliwung perlu dilebarkan dan dikeruk agar debit sungai meningkat. Permukiman yang ada di bantaran sungai, bahkan banyak rumah yang dibangun di dalam sungai harus dipindahkan ke tempat yang lebih aman, kemudian sungai ditata kembali.

"Permukiman dan masyarakat di sekitar sungai juga perlu ditingkatkan kapasitasnya dan diberdayakan agar ikut menjaga sungai dengan baik," ujar Sutopo.