Dampak Penggunaan Lahan Pesat, Jakarta dan Sekitarnya Rentan Banjir

:


Oleh H. A. Azwar, Rabu, 22 Februari 2017 | 11:02 WIB - Redaktur: Juli - 1K


Jakarta, InfoPublik - Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan banjir yang mengepung wilayah Jakarta, Bekasi dan Tangerang pada Selasa (21/2) tidak terlepas dari dampak perubahan penggunaan lahan yang begitu pesat.

"Ini juga menunjukkan bahwa wilayah tersebut masih rentan terhadap banjir bahkan di beberapa wilayah tersebut makin meningkat, karena dampak perubahan penggunaan lahan yang begitu pesat di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) sehingga hampir 80 persen hujan jatuh berubah menjadi aliran permukaan," kata Sutopo di Jakarta, Selasa (21/2).

Sementara itu kapasitas drainase dan sungai juga jauh lebih kecil daripada debit aliran permukaan. Akibatnya banjir dan genangan terjadi dimana-mana, terutama di Jakarta, Bekasi dan Tengerang masih rentan terjadi banjir dan genangan.

Menurutnya, dari citra satelit Landsat tahun 1990 hingga 2016 menunjukkan permukiman dan perkotaan berkembang luar biasa. Permukiman nyaris menyatu antara wilayah hulu, tengah dan hilir dari daerah aliran sungai yang ada di Jabodetabek. Selain itu ruang terbuka hijau pun sangat minim.

"Ruang terbuka hijau minim atau kawasan resapan air sehingga suatu keniscayaan air hujan yang jatuh sekitar 80 persennya berubah menjadi aliran permukaan. Bahkan di wilayah perkotaan sekitar 90 persen menjadi aliran permukaan," ujar Sutopo.

Ia juga menyebutkan, bahwa kapasitas sungai-sungai dan drainase perkotaan, masih terbatas mengalirkan aliran permukaan air. Okupasi bantaran sungai menjadi permukiman padat menyebabkan sungai sempit dan dangkal. Sungai yang harusnya lebar 30 meter, saat ini hanya sekitar 10 meter. Bahkan ada sungai yang 5 meter. Kondisi tersebut sudah dipastikan akan menyebabkan banjir.

Sutopo menjelaskan, relokasi permukiman di bantaran sungai adalah suatu keharusan jika ingin memperlebar kemampuan debit aliran. Tapi, seringkali relokasi sulit dilakukan karena kendala politik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Penataan ruang harus dikendalikan.

"Daerah-daerah sempadan sungai, kawasan resapan air dan kawasan lindung harus dikembalikan ke fungsinya. Tidak mungkin Pemda Jakarta sendirian mengatasi banjir. Harus kerja sama dengan pemerintah pusat dan pemda lain. Studi banjir dan masterplan pengendalian banjir sudah ada sejak lama. Tinggal komitmen bersama," ungkapnya.

Berdasarkan data BMKG, curah hujan yang turun yang menyebabkan banjir di Jakarta dan sekitarnya. Ketebalan hujan antara lain di Lebak Bulus 71.7 mm, Pakubuwono 106 mm, Beji 65 mm, Depok 83 mm, Gunung Mas 39 mm, Pasar Minggu 106.5 mm, Tangerang 92.5 mm, Pondok Betung 67.4mm, Cengkareng 72 mm, Tanjung Priok 115.9 mm, Kemayoran 180 mm, Dramaga 75 mm, Curug 37.5 mm, Kelapa Gading 145.4 mm, TMII 48.8 mm, Parung 21.8 mm, Jagorawi 72.5 mm, Mekarsari 60.8 mm, Leuwiliang 89.7 mm, Katulampa 35.8 mm, dan Bekasi 65 mm. Tebal hujan tersebut tergolong hujan sedang hingga lebat.

Curah hujan tersebut, menurut Sutopo, masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan hujan yang menyebabkan banjir di Jakarta pada tahun 2007, 2013 dan 2014 yang saat itu mencapai 200 - 350 mm. Selain itu peluang hujan ekstrem saat ini makin sering terjadi. Artinya wilayah Jabodetabek juga makin tinggi risikonya terjadi banjir jika tidak dilakukan upaya pengendalian banjir yang komprehensif dan berkelanjutan, ujarnya.

Adapun data sementara banjir Jakarta pada Selasa (21/2) antara lain di Jakarta Barat yakni di Cengkareng Timur RW 03, Tambora RW 01, Meruya, Kembangan Selatan, Kalideres, Duri Kosambi, Duri Kepa, Cengkareng Timur, Kapuk, Jembatan Lima, dan di Jelambar Baru.

Di Jakarta Timur yakni di Cipinang Melayu RW 03 dan 04, Cipinang Muara RW 13, Rawamangun, Jatinegara, Penggilingan, Duren Sawit, Klender, Pondok Kelapa, Kebon Pala, Cipinang Cempedak, Makasar, Batu Ampar, dan Kelapa Dua Wetan.

Jakarta Selatan yakni di Petukangan Selatan RW 06, Cilandak, Grogol Utara, Pela Mampang, Tebet Timur, Karet, dan di Bendungan Hilir. Di Jakarta Pusat (tinggi 10-70 cm) di Gambir, Cempaka Putih, Petojo utara, Mangga Besar, Pasar Baru, dan di Kartini.

Adapun di Jakarta Utara yakni di Penjaringan, Ancol, Pademangan, Sunter Agung, Sungai Bambu, Tugu Utara, Semper Barat, Sunter Jaya, Kelapa Gading Barat, dan di Kelapa Gading Timur.

Sementara itu banjir juga melanda Kota Bekasi meliputi Kecamatan Bekasi Timur (Kel. Margahayu, Perum Dosen IKIP, Perum Surya Mandala), dan Kecamatan Bekasi Selatan (Perum Mutiara Gading Timur (MGT), Pondok Timur Indah (PTI), Pondok Ungu Permai (PUP), Perum Nasio, Perum Duta Indah, Perum Interup Asri, Kel. Jati Waringin, Pondok Hijau Permai, Pondok Chandra Melati, Kel. Harapan Mulya, Perum Bougenvil, Perum Griya Jatisari, Komplek Buana Risma, dan Jln. Jatiluhur.