:
Oleh H. A. Azwar, Kamis, 15 Desember 2016 | 09:33 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K
Jakarta, InfoPublik - Menginjak hari kesembilan masa tanggap darurat pasca gempa 6,5 SR di Aceh, Presiden Joko Widodo terus memantau perkembangan penanganan tanggap darurat.
"Rencananya, Presiden Joko Widodo akan berkunjung kembali ke beberapa lokasi di Pidie Jaya pada Kamis (15/12) untuk bertemu langsung dengan rakyatnya," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho.
Evaluasi penanganan terus dilakukan setiap hari dari masing-masing kluster nasional, seperti kluster pengananan pengungsi, kesehatan, logistik dan lainnya. Masa tanggap darurat tetap berlaku selama 14 hari sejak kejadian gempa, yaitu 7 hingga 20 Desember 2016.
Sutopo mengatakan pendataan rumah terus dilakukan secara cepat. "Untuk mempercepat penyaluran bantuan stimulan perbaikan rumah yang rusak kepada masyarakat, maka data rumah tidak usah menunggu semuanya selesai. Tapi per hari di SK-kan Bupati kemudian BNPB menyalurkan bantuan Rp40 juta per rumah rusak berat dan Rp20 juta per rumah rusak sedang-ringan," jelasnya.
Data sementara rumah rusak yang dilaporkan ke Posko Utama di Pidie Jaya terus bertambah. Kementerian PU dan Dinas PU disertai beberapa ahli bangunan dari ITB dan Unsyiah terus mendata tingkat kerusakan bangunan. Data rumah rusak sementara adalah 16.238 unit yaitu 2.536 rusak berat, 2.473 rusak sedang, dan 11.329 rusak ringan. Penetapan rumah rusak yang telah diverifikasi ditetapkan oleh Bupati.Menurut Sutopo, mekanisme seperti ini merupakan mekanisme yang baru, dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam penanganan bencana.
Sebelumnya, menunggu semua verifikasi selesai baru di SK-kan dan disalurkan bantuan. Tapi saat ini sesuai arahan Presiden dilakukan bertahap sesuai hasil verifikasi harian. Cara ini akan lebih cepat. Sebab, berdasarkan pengalaman sebelumnya mekanisme penetapan rumah rusak selalu memerlukan waktu lama karena jumlah rumah terus membengkak.
Hingga Kamis (15/12) pukul 06.00 WIB, tercatat 103 korban meninggal gempa akibat gempa bumi di Aceh yaitu 96 orang di Pidie Jaya, 2 orang di Pidie, dan 5 orang di Bireuen. 7 korban belum dapat diidentifikasi karena korban bukan warga lokal yang berkunjung ke Pidie Jaya saat kejadian gempa dan tertimbun bangunan roboh.
Dari 103 korban meninggal dunia, 96 ahli waris telah menerima santunan duka cita dari pemerintah sebesar Rp15 juta per korban. Sedangkan untuk 7 korban meninggal yang saat ini masih dilakukan identifikasi akan diberikan santunan oleh Kementerian Sosial.
Sementara, untuk korban luka sebanyak 700 orang yaitu 168 luka berat dan 532 luka ringan. Santunan korban luka berat semuanya telah diberikan santunan kepada korban luka berat. Pemerintah menggratiskan biaya pengobatan korban luka akibat gempa.
40 pasien masih dirawat di selasar atau di luar RSUD Pidie Jaya karena bangunan RS rusak. Pasien juga merasa nyaman di luar karena takut adanya gempa susulan. Tenaga medis, obat-obatan dan sarana medis mencukupi untuk merawat korban.
Sementara itu, jumlah pengungsi menjadi 85.161 orang yaitu Pidie Jaya 82.122 orang, Pidie 1.295 orang dan Bireuen 1.324 orang. Semua pengungsi di Bireuen menumpang pada kerabatnya. Sebagian besar pengungsi membangun tenda atau barak di sekitar lingkungan rumahnya. Meskipun rumahnya roboh atau rusak berat, umumnya pengungsi nyaman tinggal di tenda dekat rumahnya sambil mengawasi harta miliknya daripada ditempatkan di pengungsian.
Secara umum penyaluran bantuan dan logistik mencukupi. Bantuan terus berdatangan. Penanganan berjalan dengan baik. Peran pemerintah, pemda, NGO, relawan dan masyarakat sangat nyata membantu korban bencana gempa di Aceh.